Warisan Kerajaan Pajang, Kisah Jaka Tingkir di Bumi Solo
- https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/21708/NDQ2NDQ=/Petilasan-Kraton-Pajang-studi-tentang-penjajagan-menjadi-aset-wisata-Binder3.pdf
Gumi Bali, VIVA Bali – 1. Pendiri dan Silsilah Kerajaan:
Kerajaan Pajang didirikan oleh Sultan Hadiwijaya, yang dikenal juga sebagai Jaka Tingkir. Beliau adalah menantu Sultan Trenggono, Raja Demak ketiga. Sultan Hadiwijaya memiliki latar belakang yang kuat, konon merupakan keturunan dari Brawijaya V, raja terakhir Majapahit, serta Senopati Pengging. Beliau mendirikan Kerajaan Pajang pada tahun 1568 setelah runtuhnya Kerajaan Demak Bintaro.
2. Lokasi Strategis dan Karakter Agraris:
Petilasan Keraton Kerajaan Pajang kini berada di perbatasan Desa Pajang, Kota Surakarta, dengan Desa Makamhaji, Kabupaten Sukoharjo. Lokasi ini sangat strategis pada masanya karena berada di dataran rendah dan merupakan pertemuan Sungai Pepe dan Sungai Dengkeng, dua sungai yang penting untuk pertanian. Kondisi geografis ini menjadikan Kerajaan Pajang memiliki corak agraris yang kuat, di mana perekonomiannya sangat bergantung pada hasil pertanian, terutama padi, dan menjadi pusat penghasil beras.
3. Warisan dan Peninggalan di Petilasan:
Meskipun bangunan keraton aslinya telah tiada, situs petilasan ini tetap menjadi penanda penting sejarah. Di area petilasan, terdapat beberapa peninggalan yang masih bisa dijumpai, seperti:
Gapura: Pintu masuk yang menjadi simbol dari keberadaan keraton.
Batu Berukir: Artefak berupa batu dengan ukiran yang menunjukkan seni dan budaya pada masa kerajaan.
Makam: Beberapa makam yang diyakini sebagai makam tokoh-tokoh penting kerajaan, termasuk makam Sultan Hadiwijaya sendiri.
Baluarti: Sisa-sisa benteng atau pagar kerajaan yang masih bisa dilihat, menunjukkan adanya sistem pertahanan pada masa itu. Situs ini diakui sebagai salah satu situs cagar budaya yang memiliki nilai sejarah tinggi.
4. Masa Kejayaan dan Kemunduran:
Kerajaan Pajang merupakan salah satu kerajaan Islam penting di Jawa pada abad ke-16 yang turut berperan dalam penyebaran agama Islam dan perkembangan kebudayaan Jawa. Namun, masa kejayaannya tidak bertahan lama. Setelah wafatnya Sultan Hadiwijaya pada tahun 1582, Kerajaan Pajang mengalami kemunduran yang dipicu oleh perebutan kekuasaan atau suksesi. Perebutan ini terjadi antara Arya Pangiri (menantu Sultan Hadiwijaya) dan Pangeran Benawa (putra Sultan Hadiwijaya), yang akhirnya melemahkan stabilitas kerajaan dan menjadi salah satu faktor kemunduran Kerajaan Pajang.