Jineng Bali, Simbol Kemakmuran dan Keharmonisan dalam Arsitektur Tradisional Bali

Jineng, Lumbung padi tradisional Bali
Sumber :
  • https://commons.wikimedia.org/wiki/Category:Jineng

2. Konstruksi Kayu: Rangka utama terbuat dari kayu kuat (seperti kayu jati, cempaka, atau suar). Dinding terbuat dari anyaman bambu (bedeg) atau papan kayu.

3. Atap Rumput (Alang-Alang/Ijuk): Atapnya berbentuk pelana (joglo) atau limas, terbuat dari alang-alang atau ijuk, memberikan insulasi alami yang baik untuk menjaga kelembaban dan suhu di dalamnya.

4. Panggung Tinggi: Jineng selalu dibangun di atas tiang-tiang kayu yang cukup tinggi (biasanya 1.5 - 2 meter dari tanah). Ini berfungsi untuk:

- Mencegah Binatang Pengerat: Tikus sulit naik ke lumbung.

- Mencegah Kelembaban: Jarak dari tanah mengurangi resiko air dan kelembaban merusak padi.

- Sirkulasi Udara: Ruang di bawah jineng memungkinkan angin mengalir, membantu menjaga padi tetap kering.

5. Tangga Lepas (Atelek): Untuk naik ke pintu jineng di tingkat pertama digunakan tangga kayu sederhana yang dapat dipindahkan atau disandarkan. Ini juga berfungsi sebagai pengaman.

6. Lubang Angin (Tingkem): Dinding anyaman bambu atau celah-celah kayu berfungsi sebagai ventilasi alami yang penting untuk mencegah jamur.