Menguak Sejarah Budaya Bali di Museum Bali

Arsitektur Klasik yang Hidup di Museum Bali
Sumber :
  • https://www.theranigarden.com/article/bali-museum

Budaya, VIVA BaliMuseum Bali bukan sekadar tempat menyimpan benda bersejarah, tetapi juga menjadi jendela budaya yang membuka wawasan tentang peradaban Bali di masa lampau. Di tengah hiruk pikuk Kota Denpasar, museum ini menjadi fase edukatif yang memikat hati wisatawan maupun warga lokal.

Terletak di Jalan Mayor Wisnu, tepat di pusat Kota Denpasar, Museum Bali berdampingan dengan Pura Jagatnatha dan Lapangan Puputan Badung. Lokasinya yang strategis membuat museum ini mudah dijangkau, hanya sekitar 45 menit dari Bandara Ngurah Rai.

Gagasan mendirikan museum ini pertama kali dicetuskan oleh WFJ Kroon pada masa penjajahan Belanda, antara tahun 1909–1913. Ide tersebut terwujud lewat berdirinya Gedung Arca pada tahun 1910 dengan dukungan raja-raja dari Buleleng, Tabanan, Badung, dan Karangasem.

Museum ini memiliki empat paviliun utama yang mewakili kabupaten-kabupaten di Bali, yaitu Tabanan, Buleleng, Karangasem, dan Badung. Setiap paviliun memamerkan koleksi khas daerah, mulai dari alat kesenian, perlengkapan adat, hingga benda-benda prasejarah.

Paviliun Tabanan memamerkan topeng-topeng tari, kostum tradisional, keris Calonarang, dan wayang kulit yang menggambarkan kekayaan seni pertunjukan Bali. Sementara Paviliun Buleleng memiliki arsitektur pura khas Bali Utara dan koleksi perlengkapan pakaian serta kipas tradisional.

Di pintu masuk museum, berdiri Paviliun Badung dengan koleksi prasejarah dan seni rupa Bali di lantai atasnya. Di area inilah pengunjung bisa melihat peralatan manusia sejak zaman berburu hingga periode logam yang menggambarkan evolusi kehidupan masyarakat Bali.

Mengunjungi Museum Bali adalah cara menyenangkan dan mendalam untuk mengenal pulau Dewata dari sisi budaya dan sejarahnya. Dengan tiket masuk yang sangat terjangkau dan suasana yang tenang, museum ini menjadi destinasi edukatif yang patut dikunjungi saat berada di Denpasar.