Pura Batu Bolong dengan Ritual Pelukatan dan Air Kolam Berwarna Biru di Desa Sawan Buleleng
- https://youtu.be/cwdfPwCTs3o?si=OOwFpQ6Y8yZ483Bb
Wisata, VIVA Bali – Pura Batu Bolong merupakan salah satu pura Hindu yang terletak di Desa Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Bali. Nama pura ini berasal dari bahasa Bali, yaitu "Batu" yang berarti batu dan "Bolong" yang berarti lubang, merujuk pada ciri khas pura yang memiliki sebuah batu berlubang yang mengeluarkan air. Keunikan ini menjadi daya tarik sekaligus bagian penting dari fungsi spiritual pura tersebut.
Sejarah pasti Pura Batu Bolong belum dapat dipastikan secara rinci, namun diyakini telah ada sejak zaman kerajaan di Bali. Dilansir dari dispar.bulelengkab.go.id, menjelaskan pura ini dikenal sebagai tempat pemujaan kepada Dewa Siwa, salah satu dewa utama dalam agama Hindu. Legenda lokal menceritakan tentang Danghyang Nirartha, seorang pendeta suci yang juga dikenal sebagai Bhatara Sakti Wawu Rauh atau Bhatara Dukuh Setra. Dalam perjalanannya menyebarkan ajaran Hindu di Bali, Danghyang Nirartha pernah singgah di daerah Sawan dan diyakini berperan penting dalam keberadaan pura ini.
“Pura ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Batu bolong yang menjadi ciri khas pura dibuatkan persegi sebagai penanda keberadaannya karena gejala alam yang menyebabkan batu tersebut terkubur dan hampir tidak terlihat. Air yang keluar dari batu bolong dialirkan ke bawah dan digunakan sebagai tempat melukat, yaitu ritual pembersihan diri secara fisik dan spiritual” kata Bapak Gede Sardana, Kelian Adat Desa Sawan pada dispar.bulelengkab.go.id.
Salah satu keunikan lain dari Pura Batu Bolong adalah kolam airnya yang berwarna biru cerah. Dilansir dari disbud.bulelengkab.go.id dan dispar.bulelengkab.go.id, menerangkan bahwa meskipun air kolam tampak berwarna biru, air yang diambil sangat jernih. Hingga kini belum ada yang mengetahui secara pasti penyebab warna biru tersebut, menambah aura mistis dan keunikan tempat ini. Kawasan suci Pura Batu Bolong memiliki aturan adat yang ketat. Anak-anak yang belum genap tiga bulan atau yang disebut “kepus pungsed” dan wanita yang sedang datang bulan dilarang memasuki area pura. Hal ini menunjukkan penghormatan dan kesucian yang dijaga oleh masyarakat sekitar.
Lingkungan sekitar pura dipenuhi oleh pohon-pohon besar yang memberikan kesejukan dan keindahan alam. Pura Batu Bolong juga masuk dalam cagar budaya dan dianggap sebagai pura tertua di Desa Sawan. Selain sebagai tempat ibadah, pura ini memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata alam, spiritual, dan pengobatan. Banyak warga dan wisatawan yang datang untuk melakukan pelukatan, ritual pembersihan diri yang dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit kulit berkat khasiat air kolam biru tersebut (sawan-buleleng.desa.id).
Kepala Desa Sawan, Nyoman Wira pada antaranews.com, menyatakan bahwa potensi wisata di sekitar Pura Batu Bolong belum banyak dikenal oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Nyoman Wira berharap ada instansi atau lembaga yang melakukan penelitian terhadap air kolam tersebut dan pengembangan kawasan agar menjadi objek wisata yang menarik dan bermanfaat bagi masyarakat luas. Pura Batu Bolong bukan hanya tempat suci yang sarat nilai spiritual, tetapi juga warisan budaya dan keindahan alam yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Melalui pelestarian dan pengembangan yang tepat, Pura Batu Bolong dapat menjadi destinasi wisata yang menggabungkan nilai religius, budaya, dan alam yang memikat.