Demi Ratusan Kucing Terlantar, Emak di Jember Rela Diceraikan Suami: “Saya Bahagia Saat Mereka Sembuh”

Demi Ratusan Kucing Terlantar, Emak di Jember Rela Diceraikan
Sumber :
  • Palupi Ambarwati/ VIVA Banyuwangi

Jember, VIVA Bali –Kisah inspiratif datang dari Farah, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Perumahan Bumi Tegal Besar, Jember. Ia mencurahkan hidupnya untuk merawat ratusan kucing sakit, terlantar, bahkan korban kekerasan. Cinta dan kepeduliannya terhadap hewan begitu besar, hingga ia rela kehilangan rumah tangganya demi terus menyelamatkan nyawa para kucing malang.

Wapres Gibran Panen Raya Kopi Ijen, Dorong Kebangkitan Kopi Nasional

Farah mengaku rumahnya kini menjadi “rumah aman” bagi kucing-kucing yang dibuang, tertabrak, hingga disiksa pemiliknya. Setiap hari, ia memberi makan, membersihkan kandang, memberi obat, dan membawa kucing-kucing yang parah ke klinik hewan.

“Kucing-kucing ini seperti anak saya sendiri. Saya tahu mereka tidak bisa bicara, tapi saya bisa lihat penderitaan mereka dari matanya. Saya bahagia saat mereka sembuh dan bisa lari-lari lagi,” ujar Farah, Kamis 26 Juni 2025.

Polije Lantik 84 PNS Baru Dukung Visi 2035

Sebagian besar kucing yang ia rawat didapat dari jalanan, pasar, perkampungan, hingga pemberian orang lain. Kondisinya pun memprihatinkan: ada yang patah kaki, terkena infeksi, bahkan luka akibat disiram air panas.

Farah bukanlah orang kaya. Ia hanya seorang tukang ojek konvensional. Namun, dari penghasilannya yang pas-pasan, ia selalu menyisihkan sebagian untuk membeli makanan dan obat kucing.

Lonjakan Penumpang Libur Sekolah, KAI Daop 9 Jember Siapkan 170 Ribu Tempat Duduk dan Diskon Tarif 30%

“Kadang saya nggak makan enak, asal kucing-kucing ini bisa makan dan sehat. Saya nggak nyesel, meski akhirnya saya diceraikan suami karena rumah dianggap terlalu penuh dan bau,” ungkapnya sambil tersenyum.

Tak jarang, aksinya mendapatkan apresiasi dari masyarakat. Ada yang membantu dengan uang sekadarnya, ada pula yang membawakan makanan kucing atau memberi bantuan obat-obatan.

“Nggak banyak yang bantu, tapi kalau ada yang ngasih bantuan meski sedikit, saya terharu. Berarti masih ada orang yang peduli,” tambah Farah.

Kini, sekitar 90 persen dari ratusan kucing yang pernah ia rawat sudah kembali sehat dan hidup normal. 

Ada yang di adopsi orang ada juga yang setelah normal mencari kehidupannya sendiri namun ada yang tetap di rawat Farah.

Di rumah Farah kini masih terdapat 60 kucing yang ia rawat.

Farah berharap makin banyak orang sadar bahwa hewan pun punya hak untuk hidup dengan layak, tanpa kekerasan dan penelantaran.