Jangan Sekolahkan Anak Sebelum Tahu Penjelasan dr.Aisah Dahlan
- https://ppiabaitulmaal.sch.id/berita-artikel/berita-sd/475-permainan-outdoor-siswa-siswi-kelas-1
Viva Bali – Tahun ajaran baru 2025/2026 segera tiba. Namun, orang tua yang memiliki anak yang sudah menyelesaikan belajar di Taman Kanak-Kanak (TK) untuk tidak gegabah mendaftarkan anak ke Sekolah Dasar (SD).
Bila mendaftarkan anak ke SD hanya karena anak sudah selesai menjalani masa belajar di TK, maka hal tersebut beresiko membuat anak tidak mau sekolah saat SD.
Hal ini dikatakan oleh dr.Aisah Dahlan seorang dokter yang juga praktisi neuro parenting skill pada sebuah vlog YouTube yang berjudul Usia Ideal Menyekolahkan Anak Perempuan dan Laki-Laki.
Otak Anak Perempuan Berbeda dengan Otak Anak Laki-laki
Dalam video berdurasi 8 menit tersebut, Aisah membeberkan perbedaan perkembangan otak pada anak laki-laki dan otak anak perempuan.
“Anak perempuan sudah mau mengenal huruf atau angka di usia 4 tahun. Sedangkan anak laki-laki di usia yang sama belum bisa mengenali angka dan huruf, tapi masih suka bermain,” kata Aisah.
Ia menjelaskan, otak kiri dan otak kanan anak perempuan sudah berkembang bersamaan di usia tersebut.
Sedangkan otak anak laki-laki, yang baru berkembang adalah otak kanan. “Otak kanan merupakan otak gerak. Sehingga anak laki-laki masih senang bermain,” paparnya.
Resiko yang Dihadapi Anak yang Sekolah Belum Cukup Umur
Ia pun mengungkapkan resiko yang akan dialami oleh anak-anak bila sudah masuk sekolah walaupun usianya belum mencukupi.
Usia ideal anak masuk SD adalah 7 tahun. Aisah mencontohkan, bila anak laki-laki dipaksa sekolah walaupun usianya belum mencukupi 7 tahun, maka ia tidak akan menyukai sekolah.
“Anak laki-laki tidak suka dipaksa belajar bila usianya kurang dari 7 tahun,” paparnya. Apalagi, tambah Aisah, belajar di sekolah hanya menggunakan buku, tanpa alat peraga.
Oleh karena itu, untuk mengajarkan anak laki-laki yang usianya kurang dari 7 tahun harus menggunakan alat peraga.
Anak Laki-laki Senang Belajar dengan Alat Peraga
Dengan bantuan alat peraga, terang Aisah, maka anak laki-laki merasa ia sedang bermain, bukan sedang belajar.
Sedangkan pada anak perempuan, dari sejak lahir hingga usia 6 tahun, perkembangan otak kanan dan kiri sudah seimbang.
Sehingga saat masuk TK, anak perempuan sudah bisa menganalisa.
Anak perempuan cukup belajar dengan selembar kertas, kata Aisah, ia sudah bisa menghitung atau membaca.
“Contoh lainnya adalah anak perempuan sudah bisa memilih baju dan aksesorisnya yang satu warna,” paparnya.
Cari Sekolah yang Banyak Alat Peraga
Aisah juga menambahkan bila orang tua mau memilih sekolah untuk anak, orang tua harus mengetahui apakah sekolah tersebut banyak alat peraga atau mainan.
Oleh karena itu, ia mengajak orang tua untuk mencari sekolah untuk anak yang usianya masih 4-6 tahun yang memiliki banyak mainan atau alat peraga.
“Minimal di sekolah tersebut ada guru yang paham dengan perbedaan perkembangan otak anak laki-laki dengan otak anak perempuan,” terang Aisah.
Alasan sekolah yang mensyaratkan anak boleh sekolah (SD sederajat) di usia minimal 7 tahun, tegasnya, karena otak kiri dan otak kanan anak sudah siap untuk belajar membaca dan berhitung.