Kelihatannya Sepele, Tapi Musik Bisa Pengaruhi Otak dan Sikap Anak!
- https://www.pexels.com/photo/a-girl-playing-a-ukulele-while-smiling-7574056/
Lifestyle, VIVA Bali – Siapa sangka, musik yang terdengar sederhana justru bisa berdampak besar pada perkembangan anak. Dari sekadar hiburan, musik ternyata mampu membentuk cara berpikir, emosi, bahkan karakter si kecil. Namun, bila tidak diawasi, musik juga bisa membawa pengaruh sebaliknya: membuat anak terlihat dewasa sebelum waktunya.
Hal ini diungkapkan oleh Ika Putri, Psikolog Anak dan Remaja lulusan Universitas Indonesia. Dalam wawancaranya, Ika menjelaskan bahwa musik bukan hanya soal lagu dan irama, tapi juga sarana untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan pada anak tentu saja jika diarahkan dengan tepat.
“Penting bagi orangtua mengetahui penghayatan anak terhadap musik atau film yang mereka nikmati. Orangtua dapat mendengarkan dan mengarahkan anak untuk menyerap nilai-nilai yang diharapkan,” ujar Ika dalam diskusi kesehatan di Jakarta, Jumat, 18 Juli 2025, dikutip dari Antara.
Dalam keterangan tersebut, Ika menegaskan bahwa musik yang tepat bisa membantu berbagai aspek perkembangan kognitif anak, seperti:
- Kemampuan bahasa, lewat lirik lagu
- Kemampuan menghitung dan mengenal angka, dari notasi nada
- Daya ingat, lewat kebiasaan menghafal lagu
- Pengelolaan emosi, karena musik membantu mengekspresikan perasaan
- Kepekaan rasa, sebagai bentuk pengasahan empati dan intuisi emosional
Selain itu, musik juga dapat menjadi sarana bonding yang menyenangkan antara orang tua dan anak. Saat menikmati musik bersama, orang tua bisa menyelipkan nilai-nilai positif tanpa harus menggurui.
Namun, tentu saja tidak semua musik aman untuk dikonsumsi anak.
Di era digital saat ini, anak-anak dengan mudah bisa mengakses musik dari berbagai platform. Lagu-lagu dengan lirik vulgar, makna seksual, hingga nada kekerasan sering kali masuk tanpa filter ke dalam playlist anak-anak apalagi jika mengikuti tren viral.
“Jika anak terpapar terus-menerus dengan musik yang tidak sesuai usianya, mereka bisa jadi memahami konsep-konsep yang belum saatnya mereka pahami, seperti seksualitas negatif atau menggunakan kata-kata kasar yang bahkan tidak mereka mengerti,” jelas Ika, yang juga berpraktik di Yayasan Pulih.
Bahkan, anak bisa mengalami kebingungan identitas karena meniru perilaku dewasa dari lagu-lagu tersebut.
“Anak akan menjadi ‘matang’ sebelum waktunya. Sikap dan tutur katanya terlihat dewasa, tapi tidak autentik. Mereka belum benar-benar memahami dirinya,” tegasnya.
Ika tidak menutup mata terhadap kekuatan musik yang positif. Justru, menurutnya, musik bisa digunakan sebagai alat bantu pemulihan saat anak mengalami tekanan emosi.
“Jika musiknya berkualitas, cocok dengan usia, dan sesuai suasana hati, maka bisa digunakan untuk membangun kembali mood anak yang sedang tertekan,” katanya.
Apa yang bisa dilakukan orang tua agar anak tidak terjebak dalam konsumsi musik yang salah?
- Dengarkan musik bersama anak dan ciptakan momen diskusi ringan
- Kenali lirik lagu dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
- Arahkan selera musik anak dengan memberikan referensi lagu yang sehat
- Gunakan musik sebagai alat edukasi dan ekspresi dalam keseharian
Pada akhirnya, musik bukan musuh. Justru bisa menjadi sahabat tumbuh kembang anak asalkan orang tua ikut andil mendampingi mereka dalam setiap irama yang didengarkan.
Ingat, orang tua bukan hanya penjaga, tapi juga teman dalam proses tumbuh kembang anak. Musik bisa jadi jembatan yang indah jika didengarkan bersama dan dipahami bersama.