Hari Kebaya Nasional 24 Juli, Ini Sejarah dan Filosofinya

Indahnya Kebaya Indonesia
Sumber :
  • https://www.instagram.com/p/CSqum1PFcqA/?igsh=OHFmMGRyeW1uOTd0

Lifestyle, VIVA BaliHari Kebaya Nasional diperingati setiap 24 Juli untuk merayakan identitas dan perjuangan perempuan Indonesia. Yuk kenali sejarah panjang dan filosofi kebaya yang penuh makna.

Bukan Sekadar Aroma, Asap Masakan, Magnet Pelanggan Warung Anda

Setiap lekuk jahitan, setiap motif yang tergurat di atas kain kebaya menyimpan kisah yang panjang, dalam, dan penuh makna.

Bukan sekadar busana tradisional, kebaya adalah napas budaya, simbol identitas perempuan Indonesia yang telah menjembatani zaman kolonial hingga era digital.

Harmoni Hati, Kekuatan Musik Mengatur Emosi Kita

Maka tak heran jika akhirnya, pemerintah menetapkan tanggal 24 Juli sebagai Hari Kebaya Nasional sebuah pengakuan negara atas keanggunan dan nilai-nilai luhur yang melekat di balik helai kain kebaya.

Penetapan Hari Kebaya Nasional dilakukan oleh Presiden Joko Widodo melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 19 Tahun 2023.

Kabar Buruk Bagi Barcelona, Ter Stegen Harus Kembali Menepi Karena Cedera

Tanggal 24 Juli dipilih bukan tanpa alasan. Tanggal ini merujuk pada hari didirikannya organisasi perempuan pertama di Indonesia, “Putri Mardika”, pada 24 Juli 1912, sebuah momen penting yang menandai pergerakan emansipasi perempuan Indonesia, dan tentu saja, erat kaitannya dengan kebaya sebagai simbol perjuangan kala itu.

Penetapan ini menjadi bentuk pelestarian budaya dan penghormatan terhadap peran historis perempuan Indonesia.

Simbol Emansipasi

Kebaya telah lama menjadi saksi bisu perjuangan para tokoh perempuan Indonesia seperti RA Kartini, Dewi Sartika, hingga Maria Ulfah Santoso. Dalam balutan kebaya, mereka menyuarakan hak atas pendidikan, kemerdekaan berpikir, dan kesetaraan. Kebaya bukan hanya pakaian, ia adalah pernyataan, keberanian, dan estetika yang membebaskan.

Dalam dunia modern, kebaya juga tampil sebagai duta budaya. Ketika Indonesia bersama Malaysia, Singapura, Brunei, dan Thailand mengajukan kebaya ke UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda, hal ini menunjukkan bahwa kebaya bukan milik satu bangsa, melainkan pusaka bersama dengan wajah lokal yang beragamm

Filosofi Kebaya

Setiap potongan kebaya mengandung filosofi dalam yang dilansir dari artikel Filosofi Kebaya: Simbol Perempuan dan Kebudayaan Nusantara yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek:

Bukaan Depan - melambangkan keterbukaan hati dan niat baik.

Lengan panjang melambangkan kesopanan dan pengendalian diri.

Warna dan motif biasanya punya arti tertentu sesuai adat daerah, seperti motif bunga untuk kelembutan dan motif burung untuk kebebasan.

Di budaya Jawa, kebaya sering dipadukan dengan kain batik bermotif truntum yang bermakna kasih sayang tanpa syarat.

Di Bali, kebaya menjadi bagian dari ritual religius sebagai simbol kesucian dan penghormatan spiritual.

Secara desain, kebaya menampilkan kesederhanaan, dengan garis lurus yang tidak menonjolkan bentuk tubuh, mencerminkan nilai-nilai kesopanan, ketenangan batin, serta penghormatan terhadap diri dan lingkungan sekitar.

Bahkan dalam potongannya yang sederhana, kebaya membawa pesan dalam diam, bahwa kecantikan sejati adalah tentang keseimbangan, bukan pameran.

Membangkitkan Kebanggaan

Peringatan Hari Kebaya Nasional setiap 24 Juli bukan sekadar seremoni. Ini adalah ajakan untuk merayakan identitas, mendekatkan generasi muda pada warisan budaya, serta mengangkat pelaku UMKM lokal yang selama ini melestarikan kebaya lewat tangan-tangan terampil.

Kebaya pun tidak ketinggalan zaman, ia hadir dalam berbagai bentuk kebaya kutu baru, kebaya encim, kebaya kartini, kebaya bali, hingga kebaya kontemporer yang bersaing di panggung mode global.

Fleksibilitas inilah yang menjadikannya abadi bisa tampil anggun di istana, namun tetap nyaman untuk dikenakan di kampus, kantor, bahkan kafe.

Mari rayakan Hari Kebaya Nasional bukan hanya dengan foto OOTD di media sosial, tapi dengan pemahaman, kebanggaan, dan keinginan untuk terus menjaga warisan ini tetap hidup, lentur, dan relevan.