Museum Timah Indonesia, Saksi Sejarah Kemerdekaan dan Perjalanan Pertimahan di Bangka Belitung

Warisan sejarah kemerdekaan dan pertimahan Bangka
Sumber :
  • https://kebabelyuk.com/artikel/museum-timah-indonesia

Wisata, VIVA Bali – Bangka Belitung menyimpan destinasi wisata sejarah yang unik, yaitu Museum Timah Indonesia, satu-satunya museum timah di Asia dan dunia yang menggabungkan narasi pertambangan dengan perjuangan kemerdekaan. Terletak di Jalan Jenderal Ahmad Yani No. 17 (atau No. 179) Pangkalpinang, museum ini menempati bangunan bersejarah "Househill" yang dulunya rumah dinas Hoofdt Administrateur Banka Tin Winning (BTW), perusahaan kolonial Belanda. Koleksinya mencakup artefak pertimahan sejak abad ke-16 pada masa Kesultanan Palembang, hingga evolusi teknologi modern, termasuk bor bangka klasik, lokomotif pembangkit listrik, wadah penampung hasil tambang, monitor semprot, serta relief dan diorama yang mengisahkan sejarah panjang pertimahan di Bangka Belitung dan dunia (djkn.kemenkeu.go.id).

 

Pembangunan Museum Timah Indonesia, dilansir dari pangkalpinangkota.go.id, berawal dari penemuan benda-benda tradisional penambangan pada 1950-an selama operasi pasca-kemerdekaan, yang mendorong pendiriannya pada 1958 untuk mendokumentasikan dan memamerkan warisan pertimahan. Bangunan ini awalnya tempat tinggal karyawan BTW, tetapi pada 6 Februari 1949 menjadi lokasi pengasingan sementara pemimpin Republik seperti Soekarno dan Haji Agus Salim setelah Agresi Militer Belanda II. Diresmikan secara resmi pada 2 Agustus 1997 setelah pemugaran pertama, museum mengalami renovasi kedua pada 2010 untuk menambah koleksi dan memperjelas alur sejarah, dengan pengelolaan sebagai aset PT Timah Tbk. (BUMN) yang kini diakui sebagai Benda Cagar Budaya Kota Pangkalpinang.

 

Pengelola museum terus mempromosikan nilai sejarahnya untuk menarik wisatawan, dengan akses mudah dari pusat Kota Pangkalpinang hanya beberapa menit berkendara, atau dari Bandara Depati Amir sekitar 15 km melalui Jalan Ahmad Yani. Saat ini, kawasan ini menjadi ikon wisata sejarah di Indonesia, dengan koleksi yang mencakup tiga diorama utama: sejarah awal pertimahan di Pulau Bangka, alat-alat tradisional seperti bor tusuk Cina abad ke-18 yang digantikan bor bangka buatan A.J. Akeringa tahun 1885, serta proses modern beserta manfaat ekonomi bagi kehidupan masyarakat (indonesiakaya.com).

 

Hingga saat ini, sejumlah daya tarik wisata telah terbentuk di Museum Timah Indonesia, antara lain: relief depan museum yang mengisahkan evolusi pertambangan dari masa tradisional hingga kontemporer; alat-alat klasik seperti bor bangka dan lokomotif yang dipajang di halaman; diorama interaktif di ruang utama; serta Ruang Sentra Kerajinan Pewter yang menampilkan pernak-pernik manual 97% dari timah murni, seperti plakat, perahu phinisi, gantungan kunci, dan bros buatan perajin lokal Bangka yang bisa dibeli atau dipesan custom. Selain itu, bangunan asli menjadi saksi perundingan pra-Roem-Royen Statement pada 7 Mei 1949 antara delegasi Indonesia (dipimpin Moh. Roem) dan Belanda (dipimpin H.J. Van Royen) dengan mediasi UNCI, menjadikannya monumen diplomasi kemerdekaan yang merefleksikan kontribusi timah terhadap kedaulatan RI (djkn.kemenkeu.go.id). Museum Timah Indonesia menawarkan pengalaman wisata yang menggabungkan edukasi pertimahan dengan refleksi sejarah bangsa melalui koleksi autentik dan narasi inspiratif.