Dari Tabanan ke Jembrana, Cokelat Bali Jadi Cerita Wisata Baru

Pahit manis wisata coklat
Sumber :
  • https://www.pexels.com/id-id/foto/pria-memetik-buah-kakao-kuning-50707/

Wisata, VIVA Bali – Di balik hamparan sawah dan pura megah yang selama ini melekat pada citra Bali, ada aroma manis yang mulai mencuri perhatian: cokelat. Dua wilayah, Tabanan dan Jembrana, kini tengah merintis jalan mereka sebagai pusat ekowisata cokelat, menghadirkan pengalaman baru yang menggabungkan pertanian, edukasi, dan rekreasi.

Belajar, Bermain, dan Menikmati

Tabanan dikenal sebagai lumbung beras Bali, namun kini ia juga memelihara wajah lain sebagai Desa Coklat. Di sini, wisatawan tidak hanya datang untuk mencicipi olahan cokelat, tetapi juga belajar langsung dari prosesnya. Anak-anak diajak menyusuri kebun kakao, melihat buah cokelat yang tumbuh di batang, hingga menyaksikan bagaimana biji kakao diolah menjadi bubuk dan cokelat siap santap.

Konsep ramah anak menjadi nilai tambah. Menurut salah satu penelitian, potensi wisata edukatif di Desa Coklat Bali dianggap mampu menghadirkan pengalaman yang bukan sekadar hiburan, tetapi juga pembelajaran bagi generasi muda tentang nilai pertanian lokal. Peneliti menekankan bahwa keterlibatan anak-anak dalam aktivitas edukatif akan memperkuat kesadaran mereka terhadap pentingnya menjaga hasil bumi seperti kakao.

Dari Kebun di Jembrana ke Pusat Agroindustri

Sementara itu, di ujung barat Pulau Bali, Jembrana mencoba langkah yang lebih besar. Desa Ekasari, Kecamatan Melaya, dirancang sebagai pusat agroindustri cokelat. Sebuah jurnal perencanaan menggambarkan gagasan pembangunan desa ini sebagai ruang yang tidak hanya memproduksi cokelat, tetapi juga menjadi landmark wisata edukatif.

Penelitian tersebut menyebutkan bahwa pengembangan Desa Ekasari diarahkan agar wisatawan bisa memahami perjalanan cokelat dari pohon hingga produk jadi, sekaligus menciptakan pusat ekonomi baru bagi masyarakat. Dengan kata lain, desa cokelat di Jembrana diharapkan tidak hanya menjadi destinasi wisata, tetapi juga laboratorium hidup bagi agroindustri berkelanjutan.

Antara Edukasi dan Ekonomi Lokal

Kedua desa ini sebenarnya punya misi serupa, yakni mengangkat potensi kakao sebagai bagian dari ekonomi lokal sekaligus memperkaya destinasi wisata Bali. Bedanya, Tabanan lebih menekankan wisata ramah anak dan pengalaman keluarga, sedangkan Jembrana menekankan industri terintegrasi dengan wisata.

Dari sisi masyarakat, manfaatnya terasa nyata. Wisata cokelat membuka peluang kerja, memberi ruang bagi petani kakao untuk terlibat langsung dalam industri pariwisata, sekaligus menciptakan identitas baru bagi desa.

Cokelat, Wajah Baru Bali

Selama ini Bali dikenal dengan wisata pantai dan budaya ritual, tapi kini cokelat memberi warna berbeda. Baik di Tabanan maupun Jembrana, cokelat menjadi medium baru untuk bercerita tentang hubungan manusia, tanah, dan ekonomi. Dan mungkin, suatu hari nanti, Bali tidak hanya diingat karena sawah terasering atau tarian tradisionalnya, tapi juga karena desa-desa cokelatnya yang manis dan menginspirasi.