Asal-Usul Terbentuknya Danau Batur

Panorama Danau Batur dengan desa di sekelilingnya
Sumber :
  • https://idetrips.com/lake-batur/#google_vignette

Wisata, VIVA BaliDanau Batur merupakan destinasi wisata populer di Bali yang tepatnya berada di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Danau ini memiliki keunikan karena lokasinya yang berada di dalam kaldera gunung berapi tepatnya di kaki Gunung Batur yang sampai saat ini statusnya masih aktif.

Selian itu, Danau Batur merupakan danau kaldera terbesar di Bali yang terbentuk akibat letusan Gunung Batur dan terletak di ketinggian 1.031 mdpl. Di sini, Anda bisa melihat pemandangan indah dari kesatuan danau dengan kawah gunung di sekelilingnya. Suasananya yang sejuk dan syahdu akan membuat Anda merasa tenang dan nyaman.

Di balik keindahan Danau Batur, terdapat cerita mengenai asal-usulnya yang hingga kini masih diwariskan secara turun temurun oleh masyarakat Bali. Bagaimana kisahnya? Mari simak cerita di bawah ini.

Dikisahkan, pada zaman dahulu di suatu desa di Pulau Bali hiduplah sepasang suami istri yang hidup bahagia dan berkecukupan. Namun, kebahagiaan itu belum lengkap karena mereka tak kunjung dikaruniai seorang anak. Akhirnya mereka pun selalu berdoa kepada Sang Hyang Widhi agar dikaruniai seorang anak. Tak lama kemudian, sang istri akhirnya mengandung dan sembilan bulan kemudian ia melahirkan seorang bayi laki-laki.

Namun, bayi itu ternyata memiliki suatu keistimewaan. Ia memiliki pertumbuhan yang sangat cepat, begitu pula dengan porsi makannya. Meskipun masih bayi, ia memiliki porsi makan yang setara dengan orang dewasa. Seiring pertumbuhannya, bertambah pula nafsu makan dan porsinya. Porsi makannya bisa berkali-kali lipat dari orang dewasa yang berdampak pada ukuran tubuhnya yang sangat besar seperti raksasa. Lantas, warga desa pun kemudian memanggilnya dengan sebutan Kebo Iwa yang berarti “paman kerbau”.

Kerakusan Kebo Iwa dalam porsi makan membuat kedua orang tuanya tidak sanggup memenuhi nafsu makan dan porsi makan Kebo Iwa. Sehingga, kedua orang tuanya harus meminta bantuan kepada warga desa untuk membantu memenuhi kebutuhan pangan Kebo Iwa. Selain nafsu makannya yang besar, Kebo Iwa juga memiliki tabiat kurang baik seperti pemarah. Jika nafsu makannya tidak terpenuhi, ia tak segan mengamuk kepada warga desa dan merusak apapun yang ada di desa.

Meski begitu, Kebo Iwa sebenarnya merupakan sosok yang bisa diandalkan oleh warga desa. Dengan ukuran tubuhnya yang raksasa, Kebo Iwa dapat membantu warga desa membuat rumah bahkan melakukan pekerjaan berat seperti menggali sumur dan membuat parit untuk aliran air di desanya. Namun, hal tersebut tentu bukanlah pekerjaan cuma-cuma. Warga desa harus membayar tenaga Kebo Iwa dengan makanan yang berlimpah.

Hingga akhirnya, suatu hari terjadi gagal panen di desa. Banyak warga yang kekurangan bahan pangan akibat dari kegagalan panen di desa. Begitu pula dengan pasokan air yang sangat kurang untuk mengairi lahan mereka. Hal tersebut membuat warga desa tidak bisa memenuhi kebutuhan pangan untuk Kebo Iwa, yang kemudian membuat Kebo Iwa sangat marah.

Penduduk desa pun akhirnya mendatangi kepala desa untuk membicarakan masalah ini. Kepala desa akhirnya memiliki sebuah siasat untuk menangani permasalahn ini. Kepala desa beserta para warga akhirnya mendatangi Kebo Iwa dan menjelaskan permasalahan yang sedang mereka hadapi, yakni kekeringan dan gagal panen sehingga tak bisa memberi makan Kebo Iwa. Kepala desa pun akhirnya melakukan negosiasi dengan Kebo Iwa, yakni memintanya untuk menggali sebuah sumur besar agar muncul sumber air untuk mengairi sawah warga sehingga mereka nantinya dapat mmeberi makan Kebo Iwa lagi.

Kebo Iwa pun akhirnya menyetujui negosisasi itu. Menggali sumur adalah suatu hal kecil bagi Kebo Iwa. Ia pun segera menggali sumur di sebuah tanah yang lapang menggunakan kedua tangannya. Tak membutuhkan waktu yang lama, sumber air pun mulai terlihat muncul dan lama-kelamaan mulai membendung. Di sisi lain, warga desa sudah menyiapkan kumpulan batu kapur besar yang dikatakan kepada Kebo Iwa bahwa batu kapur tersebut adalah untuk membuatkannya rumah.

Merasa pekerjaannya sudah selesai, Kebo Iwa pun meminta imbalan makanan kepada kepala desa. Namun kepala desa mengatakan bahwa sumur yang digali masih kurang besar untuk menjadi sumber air satu desa. Kebo Iwa percaya kepada omongan kepala desa dan menuruti permintaannya untuk terus menggali lubang sumur hingga semakin besar dan dalam.

Setelah kelelahan bekerja, Kebo Iwa akhirnya beristirahat. Rupanya warga desa sudah menyiapkan makanan yang sangat berlimpah untuk Kebo Iwa. Merasa senang, Kebo Iwa langsung menyantap seluruh makanan itu hingga kekenyangan yang akhirnya membuat Ia merasakan kantuk yang luar biasa. Ia pun akhirnya tertidur pulas hingga mendengkur di dalam sumur hasil galiannya.

Tidurnya Kebo Iwa adalah waktu yang sangat ditunggu-tunggu oleh warga desa untuk menjalankan siasat yang telah disiapkan. Kepala desa segera memerintahkan warga untuk melemparkan batu-batu kapur besar yang sudah disapkan itu ke dalam galian sumur Kebo Iwa. Kebo Iwa yang tertidur sangat pulas pun tidak menyadari hal yang dilakukan warga.

Air dari dalam tanah terus keluar mengisi galian sumur. Batu-batu kapur yang dilemparkan oleh warga pun semakin memenuhi galian sumur itu. Tak lama kemudian, Kebo Iwa terbangun dan sontak terkejut menyadari hal yang sedang terjadi. Namun semuanya sudah terlambat, kekenyangan ditambah air dan bebatuan yang sudah memenuhi galian sumur pun membuatnya tidak bisa keluar untuk menyelamatkan diri. Kebo Iwa pun akhirnya mati terkubur di dalam lubang yang ia gali sendiri.

Lubang yang dibuat Kebo Iwa terus menerus mengeluarkan air yang sangat banyak. Akibatnya, lubang tersebut perlahan-lahan membentuk sebuah danau. Sementara gundukan tanah yang menumpuk tinggi yang berada di tepian lubang lama kelamaan menjadi sebuah gunung di pinggir danau tersebut. Di kemudian hari, danau tersebut dikenal dengan nama Danau Batur. Sedangkan gundukan tanah yang berubah menjadi gunung dikenal dengan nama Gunung Batur.