Pesona Sunset dan Tari Kecak di Pura Uluwatu
- https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbbali/situs-pura-luhur-uluwatu/
Tari Tradisional Kecak atau Tari Kecak Bali adalah salah satu wisata Budaya Bali yang menceritakan tentang sebuah kisah epik, yaitu kisah Ramayana, di Pura Uluwatu Tari Kecak diselenggarakan setiap hari yang menampilkan sekitar 70 penari pria turun ke panggung dengan tangan terlentang dan berjabat tangan, mereka melantunkan “cak” secara berirama, sembari memerankan adegan-adegan epik yang ada dalam kisah Ramayana.
Tari Kecak Bali tidak hanya menjadi Wisata Budaya Bali yang menakjubkan, namun memiliki makna simbolik tentang filosofi Tri Hita Karana di dalamnya, sebuah filosofi yang menekankan keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan. Hal ini terlihat jelas dari formasi lingkaran yang melambangkan kesatuan, serta nyanyian kolektif yang melambangkan kesatuan dan kerja sama.
Sebagai bagian dari daya tarik budaya di Kawasan Pura Uluwatu, pertunjukan Tari Kecak digelar setiap hari dalam dua sesi, yakni sesi pertama pada pukul 18.00 hingga 19.00 WITA, dan sesi kedua pada pukul 19.00 hingga 20.00 WITA, waktu pelaksanaan yang bertepatan dengan matahari terbenam menjadikan pertunjukan ini semakin istimewa.
Biaya Masuk dan Informasi Pura Uluwatu
Bagi wisatawan mancanegara atau Warga Negara Asing, tarif yang dikenakan adalah Rp 50.000 untuk dewasa dan Rp 30.000 untuk anak-anak. Sementara itu, bagi wisatawan domestik atau Warga Negara Indonesia, harga tiket masuk lebih terjangkau, yaitu Rp 30.000 untuk dewasa dan Rp 20.000 untuk anak-anak.
Meskipun menjadi tempat Destinasi Wisata Budaya Bali, Pura Uluwatu memiliki beberapa peraturan untuk pengunjung, salah satunya erika berpakaian. Pengunjung harus mengenakan sarung dan selempang yang disediakan di pintu masuk, di mana sarung harus menutupi kaki dan selempang diikatkan di pinggang.
Pura Luhur Uluwatu merupakan salah satu destinasi wisata budaya paling ikonik di Kabupaten Badung, Bali. Keindahan alam yang memukau, dengan tebing-tebing tinggi yang menghadap langsung ke Samudra Hindia, menjadikan pura ini tidak hanya sebagai tempat peribadatan yang sakral, tetapi juga sebagai magnet wisata yang memanjakan mata dan jiwa. Didirikan sejak abad ke-11 oleh Mpu Kuturan, pura ini merepresentasikan jejak spiritual yang kuat serta warisan budaya yang masih terjaga hingga kini.