Profil Komjen Chryshnanda, Ketua Tim Reformasi Kepolisian yang Jago Lukis
- Instagram Official ChrysnandaDwilaksana
Jakarta, VIVA Bali –Komjen Chryshnanda Dwilaksana, Ketua Tim Reformasi Kepolisian, bukan cuma jago urus strategi Polri, tapi juga piawai melukis dan gemar mengekspresikan jiwa seni.
Komjen Pol. Prof. Dr. Chryshnanda Dwilaksana, M.Si., resmi ditunjuk sebagai Ketua Tim Transformasi Reformasi Polri, memimpin tim yang terdiri dari 52 perwira tinggi (pati) dan perwira menengah (pamen).
"Sebagai ketua, saya harus memastikan setiap langkah transformasi dilakukan dengan tepat sasaran. Tidak hanya soal peraturan, tapi juga soal perilaku, etika, dan profesionalisme di seluruh jajaran," ujar Chryshnanda. Senin, 22 September 2025.
Namanya kini menjadi sorotan publik, bukan semata karena posisinya yang strategis di tubuh Polri, tetapi juga karena sisi unik yang jarang terlihat dari seorang jenderal bintang tiga yaitu jiwa seni yang kental.
Chryshnanda lahir di Magelang, Jawa Tengah, pada 3 Desember 1967.
Chryshnanda menempuh pendidikan di Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 1989, satu angkatan dengan mantan Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, Jenderal Pol. (Purn.) Drs. Agus Andrianto, S.H., M.H.
Sejak menapaki kariernya di Polri, Chryshnanda menunjukkan kemampuan yang konsisten, mulai dari posisi Kasespim Lemdiklat Polri (2022–2024) hingga kini menjabat sebagai Kalemdiklat Polri sejak 11 November 2024.
Tak hanya aktif di dunia kepolisian, Chryshnanda juga merambah ranah akademik.
Chrysnanda tercatat sebagai Guru Besar PTIK STIK Lemdiklat Polri sejak 2021 dan berhasil meraih gelar S-3 di Prodi Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia.
Berbagai pendidikan kepolisian yang ditempuhnya, termasuk PTIK (1998), Sespim (2006), Sespimti (2014), hingga Lemhannas (2019), menegaskan dedikasinya untuk menguasai semua aspek kepemimpinan, strategi, dan manajemen institusi.
Penghargaan yang diraihnya pun panjang, mulai dari Bintang Bhayangkara Nararya, Satyalancana Pengabdian XXIV Tahun, Satyalancana Ksatria Bhayangkara, hingga medali internasional seperti UNPROFOR dan UNMIBH.
Meski jadwalnya padat dengan urusan institusi, Chryshnanda memiliki sisi lain yang jarang terlihat yaitu kecintaan pada seni lukis dan budaya.
Di akun Instagram pribadinya, @chryshnandadwilaksana, ia sering membagikan momen berkarya, mulai dari sketsa hingga lukisan berwarna penuh ekspresi.
Hobi ini bukan sekadar pelarian dari rutinitas, tetapi bagian dari karakter dan pendekatannya dalam memimpin.
Pada September 2023, ia bahkan menggelar pameran tunggal bertajuk Sayap Patah di Bandung, menampilkan sekitar 300 karya seni hasil tangannya.
Kecintaannya pada seni juga memberi Chryshnanda keunggulan dalam memimpin.
Seni, baginya, mengajarkan kesabaran, ketelitian, dan kemampuan melihat sesuatu dari perspektif berbeda, kompetensi yang sangat dibutuhkan dalam reformasi institusi sebesar Polri.
Beberapa pengamat menilai, kombinasi antara disiplin, profesionalisme, dan kreativitas inilah yang bisa menjadi modal penting dalam mengeksekusi visi besar transformasi Polri 2025–2045, yang kini menjadi tanggung jawabnya.
Meski dikenal tegas dan disiplin, sisi humanis dan seni Chryshnanda membuatnya lebih mudah diterima oleh rekan-rekan sejawat maupun masyarakat.
Chryshnanda membuktikan bahwa menjadi pejabat tinggi bukan berarti harus kehilangan identitas pribadi.
Kreativitas, ketelitian, dan kepekaan terhadap budaya bukan hanya memperkaya dirinya secara pribadi, tetapi juga menjadi strategi kepemimpinan yang efektif dalam reformasi institusi besar seperti Polri.