Peluncuran Desa Bisa Ekspor, Sebanyak 12,5 Ton Kakau Jembrana di Ekspor ke Prancis
- I Nyoman Sudika / VIVA Bali
Jembrana, VIVA Bali –Desa Bisa Ekspor merupakan pengembangan dari program Desa Devisa yang digagas Kementerian Keuangan melalui LPEI sejak 2019. Program ini Desa Bisa Ekspor kerjasama antara Kementerian dan Lembaga dengan menggandeng pihak suasta. Dalam peluncuran tersebut Kabupaten Jembrana menyumbang ekspor kakau sebanyak 12,5 ton senilai Rp12,4 Milyar ke Prancis.
Peluncuran Desa Bisa Ekspor dilakukan oleh Menteri Perdagangan RI, Budi Santoso, didampingi Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Wamendes PDT) Ahmad Riza Patria, Wakil Gubernur Bali, I Nyoman Giri Prasta serta Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan dan Wabup IGN Patriana Krisna, di Koperasi Kakao Kerta Semaya Samaniya (KSS), Desa Nusasari, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali. Selasa 9 September 2025.
Menteri Perdagangan, Budi Santoso menegaskan bahwa program Desa Bisa Ekspor merupakan kolaborasi antara Kementerian Perdagangan, Kementerian Desa, Kementerian Pertanian, Lembaga World Export Institute (LWEI), serta sektor swasta seperti Astra. Tujuannya adalah memperbanyak ekspo produk-produk unggulan dari desa.
Menurut Budi Santoso, Produk dari desa di Indonesia sangat banyak dan bermacam-macam. Akan tetapi sebagian belum terstandarisasi, sehingga perlu dilakukan pemetaan dari sekian ribu desa ada 700 lebih yang siap ekspor , sisanya belum ekspor.
“Yang sudah siap eskpor kita fasilitasi untuk dapat bayer. Kita punya perwakilan dagang di 33 negara, merekalah akan mencarikan pembeli. Untuk desa yang belum siap, akan kami bantu dengan pelatihan, pendampingan desain, dan standarisasi produk, supaya produknya bisa masuk ke pasar gelobal," ungkapnya pada Bali.viva,co.id saat ditemui usai melepas secara simbolis tiga jenis produk ekspor.
Menteri Perdagangan juga menambahkan bahwa ekspor Indonesia tahun ini menunjukkan pertumbuhan signifikan. Target ekspor sebesar 7,1%, dan hingga Juli 2025 telah tercapai pertumbuhan sebesar 8,03%, melampaui capaian tahun sebelumnya yang hanya 2,29%.
Meski mengalami peningkatan, Kementerian perdagangan terus menggenjot ekspor dengan memanfaatkan peluang yang dimiliki oleh Indonesia dengan perjanjian dagang dengan berbagai Negara.
“Kita tidak perlu produk yang lain, yang ada saja dulu, produk desa yang belum tergarap banyak. Jadi ini kesempatan yang bagus, apalagi ekspor kita semakin banyak terlebih dengan banyaknya perjanjian dagang yang kita miliki,”imbuh Budi Santoso.
Lanjutnya, Koperasi Kakao KSS Jembrana menjadi percontohan karena telah menunjukkan kesiapan dalam hal produksi dan pengelolaan komoditas kakao. Kementerian Perdagangan mendorong pentingnya proses hilirisasi agar produk desa memiliki nilai tambah lebih tinggi.
"Pasar global itu luas dan beragam. Ada segmen untuk bahan mentah, setengah jadi, maupun produk jadi. Kita akan bantu koperasi-koperasi seperti KSS agar mampu masuk ke pasar produk jadi, meskipun secara bertahap," jelasnya.
Mendag dan Wamendes PDT Tinju Kakau Fermentasi
- I Nyoman Sudika / VIVA Bali
Sementara itu, Wamendes PDT, Ahmad Riza Patria menyampaikan apresiasinya atas kolaborasi berbagai pihak dalam membangun desa agar lebih maju dan mandiri. Pihaknya juga berharap segala permasalahan terutama masalah teknis tidak menjadi hambatan dan harus mampu diselesaikan.
"Kalau desa maju, Indonesia pasti maju. Kita punya potensi besar dari hasil pertanian, budaya, hingga inovasi kreatif. Pemerintah pusat akan terus mendukung, termasuk pembiayaan jika diperlukan," tegasnya.
Wamendes PDT juga mengingatkan tentang pesan Presiden RI agar semua program dijalankan dengan prinsip 3T yakni Terbaik, Terbanyak, dan Tercepat.
"Kita tidak boleh santai. Produk-produk desa harus terbaik kualitasnya, dalam jumlah yang banyak, dan cepat masuk ke pasar. Ini akan membuka lapangan kerja, meningkatkan ekonomi desa, dan pada akhirnya menyejahterakan masyarakat," tambah Riza Patria.
Bupati I Made Kembang Hartawan bersama Wabup I Gede Ngurah Patriana Krisna menyatakan komitmennya untuk terus mendampingi masyarakat desa agar mampu bersaing di level nasional maupun internasional. Program Desa Bisa Ekspor menjadi salah satu langkah strategis untuk mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan berbasis potensi lokal.
Program perdana di Desa Devisa Kakao Jembrana, melibatkan 13 desa dengan 609 petani yang 14 persen di antaranya perempuan. Program perdana ini juga berfokus pada produk kakao fermentasi. Produk tersebut kini telah berhasil menembus pasar ekspor ke Perancis, Jerman, Belanda, Belgia, Jepang, dan Australia.
“Dengan sinergi yang kuat antara pemerintah pusat, daerah, dan sektor swasta, kedepan Jembrana dapat menjadi salah satu pionir desa ekspor yang berdaya saing tinggi di pasar global,” harapnya.
Dalam peluncuran Desa Bisa Ekspor dilepas secara simbolis ekspor produk desa yakni ekspor kakau Jembrana ke Prancis, Produk Holtikultura ke Singapura dan Perikanan ke Pilipina.