Pameran Lukisan Reflection Hadirkan 9 Perupa dari Yogyakarta dan Surabaya
- Sumber: Maha Liarosh / VIVA Bali
Denpasar, VIVA Bali – Pameran Seni Rupa bertajuk Reflection digelar di Santrian Art Gallery Sanur, Denpasar, Bali pada 9 Mei hingga 27 Juli 2025.
Pameran secara resmi dibuka oleh Pecinta Seni asal Jakarta Winnie Yamashita Rolindrawan pada Jumat, 9 Mei 2025 malam.
Kolaborasi Santrian Art Gallery Sanur dan Jago Tarung Yogyakarta itu mencakup dua hal utama, yakni refleksi dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri atau intrapersonal dan yang kedua dalam hubungan manusia dengan makna alam dan lingkungannya.
Kurator Pameran Dedi Yuniarto mengatakan, materi pameran telah disiapkan sejak 2021. Tema Reflection yang ditawarkan ke para seniman muncul dari fenomena-fenomena yang dirasakannya pasca pandemi covid 19.
"Tidak ada satu kata yang secara spesifik dapat menjelaskan makna dalam konteks ini. Maka kami merangkai tiga kata, yakni cerminan, lantunan (dialektika), dan pemikiran, yang ketiganya saling melengkapi," jelas Dedi saat pembukaan pameran di Santrian Art Galery Sanur, Bali, Jumat, 9 Mei 2025.
Pameran yang merupakan kolaborasi antara Santrian Art Gallery dengan Jago Tarung Yogyakarta itu diikuti oleh 9 perupa asal Yogyakarta dan Surabaya. Antara lain, A. Priyanto Omplong, Hono Sun, Agung Pekik Hanafi Purboaji, Riki Antoni, Dedy Sufriadi, Robi Fathoni, Deskhairi, Yudi Sulistyo dan Hayatuddin.
Perupa asal Yogyakarta Hono Sun mengaku menonjolkan lukisan tentang hubungan manusia dengan alam.
"Biasanya saya berkarya itu ya ekspresi dari interaksi saya dengan alam. Malah sedikit yang dengan manusia," kata Hono Sun.
Dalam menciptakan karya seni, ia mengaku menggali sedalam mungkin pada dirinya dan tidak melihat dunia luar.
"Ketika menulis itu saya menggali sedalam-dalamnya pada diri saya. Ketika menulis itu saya sudah tidak melihat keluar tetapi melihat ke dalam diri saya. Itu usaha saya yang terus saya lakukan," jelasnya.
Alam dijadikan alasan sebagai latar untuk menuangkan inspirasinya lantaran, ia melihat alam seperti hidup.
"Jadi ketika saya sendirian tanpa teman itu, saya merasa enggak sendirian," ucapnya.
Jenis karya seni lukis yang dipamerkan pada pameran Reflection kali ini merupakan karya seni lukis abstrak dan 3 dimensi.
Perupa asal Jogyakarta Dedy Sufradi mengatakan, pada pameran Reflection dia menghadirkan 5 karya seni lukis kontemporer yang mengangkat tema hypertext.
"Hypertext itu tentang study saya waktu di master yaitu tentang teks, pemakaian teks, sejarah teks, jadi selama ini kita tidak kepikiran bahwa teks itu menjadi sebuah elemen seni lukis kontemporer," kata Dedy.
Ia menyebut alasan memilih tema Hypertext pada karya lukisnya lantaran dirinya juga sebagai pembaca.
"Jadi melukis dan menbaca ya. Jadi ada beberapa bagian yang saya baca itu dulu saya lukis dengan kanvas. Tapi lama-lama kepikiran kenapa saya tidak menulis di kanvas aja sekalian," ujarnya.
Pameran seni rupa ini berlangsung selama 2 bulan dan akan ditutup dengan program peluncuran buku berjudul Reflection.