Tampil di PKB 2025, Gong Kebyar Anak-Anak Duta Kabupaten Jembrana Pukau Penonton
- dok Humas Pemkab Jembrana/Viva bali
Jembrana, VIVA Bali – Sekaa Dharma Kerti Desa Tegal Badeng Timur, Kecamatan Negara, mewakili Kabupaten Jembrana dalam utsawa gong kebyar anak-anak pada Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47, Selasa 1 Juli 2025. Tampil bersama duta Kabupaten Karangasem, penampilan duta Kabupaten Jembrana sukses menyedot perhatian dan decak kagum penonton yang memadati arena pertunjukan.
Suasana Panggung Terbuka Ardha Candra Denpasar berubah meriah saat Duta Kabupaten Jembrana, Sekaa Dharma Kerti Desa Tegal Badeng Timur, Kecamatan Negara tampil memukau membawakan garapan dolanan mepatung-patungan.
Dolanan mepatung-patungan sendiri terinspirasi dari perkembangan jaman yang begitu pesatnya. Dimana saat ini banyak anak lebih fokus pada gadget. Hal ini menjadi perhatian karena penggunaan gadget yang berlebihan dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental anak serta perkembangan sosial mereka.
Melihat fenomena tersebut maka muncul ide untuk melestarikan permainan dolanan yang berjudul mepatung-patungan. Tarian dolanan ini menggambarkan semangat anak-anak dalam permainan tradisional yang sederhana namun bermakna.
Geraknya mengasah konsentrasi, raganya ditempa sehat, dan hatinya ditanamkan nilai sportifitas sejati. Dalam derap langkah dan sorak riang, tersirat pesan: tak semua permainan harus digital, ada warisan budaya yang hidup dalam tubuh yang bergerak dan hati yang gembira.
Lebih menariknya lagi, gaya bahasa dialog yang digunakan menggunakan bahasa khas Jembrana atau bahasa “Negaroa” sehingga tidak sedikit dari penonton yang bersorak ria. Penampilan Utsawa gong kebyar anak-anak disaksikan langsung oleh Gubernur Bali, Wayan Koster, Bupati Jembrana . I Made Kembang Hartawan, Forkopimda Jembrana, Kepala OPD dilingkungan Pemkab Jembrana.
Selain menampilkan dolanan mepatung-patungan, Duta Gong Kebyar anak-anak Kabupaten Jembrana juga menampilkan Tabuh Kreasi yang berjudul Sulaya Sahela dan Tari Kidang Kencana. Dimana Sulaya memiliki arti perdebatan, sedangkan sahela adalah satu tujuan.
Penampilan Gong Kebyar Anak-anak Duta Kabupaten Jembrana
- dok Humas Pemkab Jembrana/Viva bali
Memaknai konsep paruman, berdebat untuk satu tujuan, yakni mengatur hubungan sosial agar terciptanya jagat kerthi, keharmonisan dalam hubungan sosial. Perdebatan dalam sebuah paruman ini menjadi ide dasar komposisi kreasi kekebyaran yang disusun melalui intuisi, menggambarkan sebuah perdebatan dalam paruman.
Berbagai macam instrumen menggambarkan masyarakat dengan karakter yang berbeda. Dua jenis pukulan on beat dan off beat merupakan simbol perbedaan yang menuju satu tujuan, dengan rel alur melody sebagai landasan.
Penonjolan pola reong, suling, kendang, serta kotekan merupakan penggambaran masukan dalam sebuah paruman. Sementara itu, permainan bersama menunjukkan tercapainya sebuah kesepakatan.
Sedangkan Tari Kidang Kencana merupakan salah satu tarian yang berasal dari Bali. Tari Kidang Kencana "merekam" keceriaan sekawanan kijang di keluasan belantara raya. Saat purnama bersinar penuh, satwa bertanduk indah itu menumpahkan kegembiraannya. Berlari, melompat dan saling bercengkerama sambil bermandi cahaya bulan.
Namun, keceriaan mereka mendadak berubah gaduh lantaran ada seekor kijang bertingkah yang berujung pada kesalahpahaman. Teman-temannya sepakat untuk mencelakainya. Beruntung, kesalahpahaman itu cepat teratasi dan mereka kembali rukun.
Pesona satwa kijang itu sukses ditransformasikan ke dalam "bahasa" gerak yang ritmis, dinamis dan estetis. Tari ini diciptakan pada tahun 1983 oleh I Gusti Agung Ngurah Supartha yang dipermanis dengan iringan gamelan gong kebyar yang ditata artistik oleh I Wayan Beratha dan sentuhan gegerongan oleh IGB Arsaja.
Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan didampingi Ny. Ani Setiawarini mengapresiasi penampilan duta gong kebyar anak-anak dari Sekaa Dharma Kerti Desa Tegal Badeng Timur pada PKB tahun ini.
”Penampilan yang disuguhkan anak-anak Jembrana sangat luar biasa sekali, mampu menghibur penonton. Penampilan garapan Dolanan Mepatung-Patungan mempertegas peran anak-anak Bali sebagai pelestari budaya,” ungkapnya dalam rilis yang diterima Bali.viva.co.id