Bawa Anjing ke Pantai Lawata Kota Bima, Begini Perlakukan Oknum Petugas Wisata

Pantai Lawata Kota Bima
Sumber :
  • Dok. Dinas Kominfo Kota Bima/ VIVA Bali

Kota Bima, VIVA Bali –Rombongan Warga Negara Asing (WNA) mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari oknum petugas pariwisata saat tiba di Pantai Lawata Kota Bima, NTB. Oknum tersebut keberatan lantaran salah satu dari rombongan WNA membawa anjing peliharaan. Bahkan sempat terjadi cekcok.

"Saya melihat langsung bagaimana arogannya oknum petugas itu. Dia membentak WNA itu dengan bahasa yang tak elok didengar," ungkap Budayawan Bima, Fahrurizki yang ikut menyambut kedatangan rombongan WNA di Pantai Lawata, dihubungi Bali.viva.co.id. Rabu, 18 Juni 2025.

Fahrurizki menjelaskan, kejadian itu berlangsung pada Sabtu, 14 Juni 2025. Bermula kapal yang ditumpangi sejumlah WNA bersandar di Pantai Lawata. Kedatangan mereka ke Kota Bima untuk mengunjungi Museum Samparaja, Situs Wadu Pa'a dan beberapa tempat bersejarah lainnya.

"Cekcok terjadi setelah mereka (WNA) turun dari kapal. Oknum petugas itu melontarkan kata-kata kasar lantaran salah satu WNA membawa anjin peliharaan," katanya.

Fahrurizki menyesalkan prilaku oknum petugas tersebut karena merusak citra daerah. Dia sama sekali tidak menunjukkan sikap yang ramah terhadap wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kota Bima. Untungnya, prilaku oknum tersebut tidak ditanggapi serius oleh WNA.

"Kebiasaan orang barat memang begitu. Kadang mereka abai terhadap hal-hal semacam itu karena dianggap tidak penting. Kalaupun direspon justeru anggapan mereka akan memperpanjang masalah," ujarnya.

Sikap oknum petugas di Pantai Lawata menurut dia, perlu disikapi serius oleh Pemerintah Kota Bima. Apalagi yang bersangkutan berstatus sebagai aparatur sipil negara (WNA).

“Belakangan baru kami tahu bawah yang bersangkutan adalah ASN. Ini sangat disayangkan. Entah apa masalahnya sampai dia bertindak arogan terhadap wisatawan asing. Kalaupun soal bawa anjing, malah banyak kami lihat anjing yang berkeliaran kawasan Lawata,” sesalnya. 

Dia berharap Pemkot Bima bisa meninjau kembali penempatan petugas di area wisata. Hal ini perlu dilakukan mengingat Sail to Indonesia sudah menjadi program rutin Pemkot Bima yang berpusat di Pantai Lawata.

“Sail To Indonesia yang mendatangkan ratusan WNA dari berbagai negara digelar di setiap tahun di Pantai Lawata. Sangat disayangkan jika para tamu mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan seperti itu,” pungkasnya.

Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Pariwisata Kota Bima, M Natsir menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan wisatawan asing di Pantai Lawata. Tentu persoalan ini menjadi pelajaran dalam memberikan pelayanan terbaik bagi pengunjung di tempat wisata.

"Saya sudah panggil Suhardin, petugas wisata Pantai Lawata untuk klarifikasi soal itu," kata Natsir pada Bali.viva.co.id.

Natsir mengaku, petugas wisata Pantai Lawata memang menegur WNA tersebut karena membawa anjing peliharaan. Tindakan itu semata-mata bukan atas dasar kebencian atau hal lain, tapi murni untuk kenyamanan pengunjung lain.

"Pemkot saat ini memang sedang fokus menggagas wisata halal di Kota Bima. Sehingga ada beberapa tempat tertentu yang memang dilarang untuk keberadaan anjing," ujarnya.

Sementara Petugas Wisata Pantai Lawata, Suhardin membantah jika dirinya membentak WNA yang membawa anjing peliharaan di Pantai Lawata. Menurut dia, itu hanya teguran biasa lantaran anjing tersebut kedapatan menjilati piring. 

"Saya lihat anjing milik WNA itu menjilati piring, makanya saya tegur. Tidak lebih," ungkapnya.

Teguran itu kata dia, bukan cuma sekali. Beberapa saat kemudian WNA itu membawa anjingnya di tempat keramaian sehingga menggangu kenyamanan pengunjung lain.

"Di hari berikutnya saya juga tegur WNA itu karena membawa anjingnya di kolam pemandian," tuturnya. 

Tindakan itu menurut dia, demi kenyamanan dan ketertiban di tempat wisata. Para pengunjung semestinya bisa mematuhi batasan-batasan di tempat wisata demi kebaikan bersama.

"Saya tour guide sudah berkunjung di beberapa negara di Asia. Kartu saya masih aktif sampai sekarang. Jadi, saya paham apa yang harus lakukan untuk kebaikan di tempat wisata," pungkasnya.