Tari Topeng Kemindu, Simbol Kelestarian Seni Kutai yang Mengabadikan Keanggunan Putri Keraton

Tari klasik yang menjadi warisan seni Kesultanan Kutai
Sumber :
  • https://www.instagram.com/p/CI9ka0OsqZA/?igsh=dHV3M2Q0MXNrMXlx

Tradisi, VIVA Bali – Tari Topeng Kemindu adalah salah satu tarian tradisional ikonik dari Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur, yang sering disebut juga sebagai Tari Topeng Kutai untuk membedakannya dari tarian serupa di daerah lain. Tarian ini berasal dari tradisi Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura dan awalnya hanya dibawakan oleh remaja putri dari kalangan bangsawan di keraton. Seiring perkembangan zaman, khususnya pada masa pemerintahan Sultan Haji Aji Muhammad Salehuddin II, tarian ini dibuka untuk masyarakat luas guna melestarikan seni tradisi keraton. Tari Topeng Kemindu biasanya dipentaskan dalam upacara adat Erau di ruang stinggil keraton, berfungsi sebagai media ritual keagamaan untuk melindungi masyarakat dari bencana, kejahatan, dan memohon terkabulnya harapan (kemendikdasmen.go.id).

 

Cerita Tari Topeng Kemindu menggambarkan seorang putri bangsawan yang bermain-main di taman keraton sambil menghirup udara segar, kemudian kembali ke istana untuk beristirahat. Tarian ini bisa ditarikan secara tunggal, berdua, atau lebih, dengan gerakan utama yang menonjolkan bahu dan kaki untuk menyampaikan ekspresi anggun dan lincah. Properti utamanya adalah topeng kayu atau kertas yang menyerupai wajah putri, melambangkan identitas karakter. Dari segi koreografi dan genre, tarian ini memiliki hubungan erat dengan Tari Topeng Jawa Tengah dan Jawa Timur, sebagai bukti pengaruh budaya Majapahit yang kuat pada masa diplomatik Kesultanan Kutai (1370–1420 M). Kemiripan terlihat pada alur cerita, busana, dan watak topeng, menjadikannya jembatan budaya antara Kalimantan dan Jawa (wikipedia.org).

 

Hubungan Tari Topeng Kemindu dengan tari topeng Jawa terlihat jelas dari kemiripan koreografi, aransemen, dan genre tarian, yang merupakan bukti pengaruh peninggalan Majapahit. Pengaruh ini muncul dari hubungan diplomatik antara Kesultanan Kutai pada masa Maharaja Sultan (1370–1420 M) dengan penguasa Majapahit yang sezaman. Selain itu, tarian ini sering dibawakan dalam perhelatan besar seperti ritual Seluang Mudik, Festival Erau, penobatan sultan, resepsi pernikahan bangsawan, perayaan kelahiran di kalangan keluarga bangsawan, serta sebagai bagian dari tata krama protokoler dalam penyambutan tamu kehormatan di lingkungan Kesultanan Kutai Kartanegara (kemendikdasmen.go.id).

 

Tari Topeng Kemindu sering dipentaskan dalam acara besar Kesultanan, seperti ritual Seluang Mudik, Festival Erau, penobatan sultan, resepsi pernikahan bangsawan, perayaan kelahiran, dan penyambutan tamu kehormatan sebagai bagian protokoler. Awalnya eksklusif untuk kalangan bangsawan, pergeseran ini dilakukan untuk menjaga kelestarian seni di tengah modernisasi. Kini, tarian ini menjadi simbol identitas Kutai, memadukan unsur ritual, hiburan, dan pelestarian warisan Majapahit yang telah berakulturasi dengan budaya Dayak dan Melayu setempat (kemendikdasmen.go.id).