Kain Tenun Gringsing dan Rahasia Kesakralan Bali Aga
- https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Geringsing_Gadis_Tenganan.jpg
Budaya, VIVA Bali – Kain Gringsing adalah salah satu warisan budaya tekstil Bali yang khas dan langka, berkembang terutama di komunitas Bali Aga, khususnya di Tenganan. Menurut Indonesia Kaya, kain ini dikenal sebagai “kain sakral” karena penggunaan, motif, dan proses pembuatannya dibingkai dengan makna spiritual mendalam.
Gringsing berasal dari kata Bali gring (sakit) dan sing (tidak), yang secara harfiah berarti “tidak sakit”, artinya kain ini diyakini memiliki kekuatan magis sebagai penangkal penyakit atau energi buruk. Indonesia Kaya menjelaskan bahwa kain ini sering digunakan dalam upacara pembersihan, ritual kematian, serta prosesi adat lainnya.
Proses pembuatan Gringsing sangat rumit dan memakan waktu panjang. Media Indonesia mencatat bahwa teknik yang digunakan adalah ikat ganda, di mana benang pelintir diikat sedemikian rupa sehingga ketika ditenun, motif yang terbentuk sudah “terprogram” dalam benang itu sendiri. Karena ikatan terjadi di kedua sisi benang (warp dan weft), proses ini jauh lebih sulit dibanding tenun biasa.
Motif-motif Gringsing pun kaya simbol, setiap pola punya makna tersendiri. Ada motif yang dipercaya melambangkan pelindung dari marabahaya, ada yang menunjuk keharmonisan alam dan manusia. Motif seleksi dan kombinasi warnanya, khususnya warna merah, kuning, dan hitam, menjadi bagian dari kosmologi Bali Aga. Media Indonesia menyebut bahwa komunitas di Tenganan mempertahankan palet warna tradisional karena hubungannya dengan upacara dan adat istiadat.