Ini Tanda Kamu Terjebak dalam Pertemanan Toxic

Sepasang sahabat yang sedang bertengkar
Sumber :
  • Sumber https://www.pexels.com/search/friend%20arguing/

Lifestyle, VIVA BaliPunya banyak teman di sekolah atau lingkungan sosial memang terasa seru. Kita jadi punya tempat berbagi cerita, tertawa, bahkan mengeluh bareng.

 

Tapi, nggak semua hubungan pertemanan layak dipertahankan. Kadang, tanpa sadar, kita bisa masuk ke dalam lingkaran yang justru merugikan diri sendiri secara mental maupun emosional—itulah yang disebut pertemanan toxic.

 

Pertemanan toxic biasanya tak langsung terlihat. Mereka hadir seperti hubungan biasa, tapi perlahan membuat kita merasa lelah, rendah diri, atau bahkan mempertanyakan nilai diri sendiri.

 

Psikolog klinis asal Amerika, Dr. Andrea Bonior, menyebut bahwa salah satu tanda utama toxic friendship adalah saat hubungan tersebut membuat kita merasa lebih buruk, bukan lebih baik, setiap kali berinteraksi. Kita jadi ragu untuk jujur, takut salah bicara, bahkan cemas sebelum bertemu mereka.

 

Salah satu ciri paling umum dari teman toxic adalah mereka selalu mementingkan dirinya sendiri. Mereka datang hanya saat butuh bantuan, tapi enggan hadir ketika kita dalam masalah.

 

Bentuk manipulasi juga sering terjadi, baik secara halus maupun terang-terangan, seperti membuat kita merasa bersalah ketika tidak memenuhi keinginannya.

 

Selain itu, mereka suka memberi kritik yang tidak membangun. Nada bicara yang merendahkan atau komentar sinis sering disamarkan sebagai “cuma bercanda”.

 

Padahal, kritik tersebut perlahan mengikis rasa percaya diri kita. Ironisnya, ketika kita balik mengkritik atau menyampaikan ketidaknyamanan, mereka langsung tersinggung dan menganggap kita terlalu sensitif.

 

Hubungan seperti ini bisa semakin memburuk jika mereka juga merasa paling benar dan sulit minta maaf. Mereka cenderung menyalahkan orang lain atas segala hal, termasuk konflik yang mereka ciptakan sendiri.

 

Dalam banyak kasus, teman seperti ini juga mencoba mengontrol hidup kita—menentukan siapa yang boleh kita dekati, mengatur waktu, bahkan mengisolasi kita dari lingkungan lain.

 

Psikologi modern juga menyoroti bagaimana teman toxic membuat kita merasa drained secara emosional. Menurut artikel di Psychology Today, pertemanan sehat seharusnya memberikan rasa aman dan dukungan.

 

Tapi teman toxic justru sebaliknya: kita merasa tidak cukup baik, selalu dibandingkan, dan terus dipaksa memenuhi ekspektasi mereka yang tidak realistis.

 

Kalau kamu mulai merasakan hal-hal seperti ini dalam pertemananmu, jangan anggap remeh. Kamu berhak punya ruang aman untuk bertumbuh, bukan hubungan yang bikin kamu mempertanyakan harga dirimu sendiri.

 

Ingat, berteman itu bukan tentang kuantitas, tapi kualitas. Lebih baik punya satu atau dua teman yang tulus dan suportif, daripada dikelilingi orang-orang yang hanya menyedot energimu.