Kehidupan Suku Baduy? Cerminan Kearifan Lokal Yang Masih Terjaga

Potret Perempuan Suku Baduy
Sumber :
  • https://www.instagram.com/p/DMsh2g_zEkD/?img_index=1&igsh=Z3ZvcnpnOXltbmhm

Lifestyle, VIVA Bali – Derasnya modernisasi saat ini, ternyata masih ada masyarakat adat yang teguh menjaga warisan leluhur. Mereka adalah Suku Baduy, komunitas adat di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten. Dengan aturan adat yang ketat, kehidupan sederhana, dan kedekatan dengan alam, Suku Baduy menjadi cerminan kearifan lokal yang masih terjaga hingga kini.

Suku Baduy menganut Sunda Wiwitan, sebuah kepercayaan yang menekankan penghormatan kepada leluhur dan keseimbangan alam semesta. Mereka percaya manusia hanyalah penjaga harmoni dunia, sehingga setiap aktivitas harus dilakukan tanpa merusak lingkungan. Keyakinan ini membuat masyarakat Baduy menolak segala bentuk modernisasi yang dianggap bisa mengganggu keseimbangan hidup.

Pantangan Suku Baduy

Kehidupan sehari-hari masyarakat Baduy sarat dengan pantangan yang unik. Mereka terbiasa berjalan kaki puluhan hingga ratusan kilometer tanpa alas kaki, menembus hutan dan bukit tanpa merasa terbebani. Suku Baduy juga tidak mengenal kuburan, sebab jasad warga dimakamkan sederhana tanpa nisan atau tanda. Selain itu, mereka dilarang menggunakan sabun, sampo, dan pasta gigi karena dipercaya bisa mencemari sungai yang menjadi sumber kehidupan utama.

Pertanian dan Padi Sakral

Mata pencaharian utama orang Baduy adalah bertani padi huma atau padi ladang. Namun hasil panen tidak selalu langsung dikonsumsi. Sebagian padi disimpan di lumbung khusus yang bisa bertahan puluhan tahun. Padi ini dianggap sakral dan hanya boleh digunakan pada pesta adat besar atau ketika masyarakat menghadapi bencana. Selain bertani, mereka juga memanfaatkan hasil alam seperti durian, asam keranji, hingga madu hutan.

Baduy Dalam dan Baduy Luar