Jangan Asal Ngopi! Ini Waktu Terbaik Minum Kopi Biar Nggak Bikin Jantung Deg-degan

Ngopi sambil kerja di waktu tepat bikin fokus maksimal.
Sumber :
  • https://www.pexels.com/id-id/foto/pria-memegang-cangkir-teh-di-depan-laptop-di-atas-meja-di-dalam-ruangan-925786/

Lifestyle, VIVA Bali – Banyak orang minum kopi dari pagi sampai malam, tapi jarang yang sadar soal waktu terbaik untuk menikmatinya. Padahal, ngopi di waktu yang salah bisa bikin jantung berdebar, susah tidur, bahkan memperburuk hormon stres seperti kortisol. Nah, biar ngopi tetap jadi bagian dari gaya hidup sehat, yuk kenali waktu yang pas minum kopi!

Minum kopi memang jadi rutinitas wajib bagi banyak orang. Apalagi kalau pagi-pagi buta harus langsung kerja atau kuliah, kalau nggak ngopi rasanya kayak belum melek. Tapi, minum kopi begitu bangun tidur ternyata bukan pilihan paling ideal, lho!

Dilansir dari Cleveland Clinic, tubuh manusia sebenarnya sudah memproduksi hormon kortisol secara alami antara pukul 7 hingga 8 pagi. Nah, hormon ini berfungsi buat ningkatin kewaspadaan dan energi saat bangun tidur. Jadi, kalau kamu minum kopi langsung setelah bangun, efek kafeinnya bisa tumpang tindih sama kortisol, akibatnya bikin jantung makin deg-degan dan bisa memicu rasa cemas buat yang sensitif terhadap kafein.

“Minum kopi di pagi hari memang membantu bangun, tapi lebih baik tunggu sampai kadar kortisol mulai turun, sekitar pukul 9.30 hingga 11 pagi,” ujar Anthony DiMarino, ahli gizi dari Cleveland Clinic, dikutip dari laman resminya.

Senada dengan itu, artikel dari Health.com juga menyebutkan bahwa mengonsumsi kopi terlalu pagi atau terlalu malam bisa mengacaukan ritme sirkadian tubuh atau jam biologis yang mengatur tidur dan bangun. Untuk kamu yang sering begadang, ngopi di  sore lewat pukul 3 juga berpotensi bikin susah tidur karena efek kafein bisa bertahan hingga 8 jam di dalam tubuh.

Selain soal waktu, kondisi tubuh juga perlu diperhatikan. Dikutip dari jurnal yang dipublikasikan oleh Cleveland Clinic Health Library, minum kopi saat tubuh sedang stres atau kurang tidur bisa memicu peningkatan kortisol yang lebih besar dari biasanya. Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, gangguan tidur, hingga gangguan metabolisme.