Blok M Masih Jadi Raja Gultik, Kuliner Lawas yang Legendaris dan Tetap Hits
- https://assets-static.traxonsky.com/wp-content/uploads/2017/04/P1120741-768x577.jpg
Lifestyle, VIVA Bali – Buat kamu yang suka wisata kuliner malam hari apalagi di Jakarta, pasti pernah dengar nama Gultik, singkatan dari Gulai Tikungan. Kuliner kaki lima satu ini sudah jadi ikon Blok M dan selalu ramai pemburu rasa dari berbagai kalangan. Meski terkesan kekinian, ternyata Gultik sudah ada sejak zaman dulu, lho ! Dan menariknya, kuliner ini bukan asli Jakarta, tapi berasal dari Sukoharjo.
Si Legendaris dari Tikungan Blok M
Gultik pertama kali muncul di kawasan Jakarta Selatan sekitar tahun 1970-an, dibawa oleh para perantau asal Sukoharjo yang datang ke ibu kota lewat program transmigrasi. Karena sulit mendapatkan pekerjaan sesuai keahlian, sebagian dari mereka akhirnya memilih berjualan makanan khas daerah dan lahirlah gultik !
Awalnya, warung-warung ini muncul di sekitar Jalan Lamandau. Seiring waktu, lokasi para penjual bergeser dan mengumpul di area tikungan Blok M Plaza, yang kemudian dikenal sebagai pusatnya Gultik. Sejak itu, kuliner ini sudah jadi bagian dari “DNA” malamnya Jakarta.
Gultik sempat menurun pamornya di awal 2000-an saat Blok M mulai kehilangan popularitasnya. Tapi justru saat pandemi COVID-19, popularitas Gultik malah meroket lagi ! Banyak yang mengenalnya lewat video di TikTok, dan anak-anak muda mulai berdatangan demi nyobain langsung sensasi makan gulai di pinggir jalan.
Apa Isi Sepiring Gultik ?
Kalau kamu bayangin nasi gulai yang ‘berat’, Gultik justru beda. Seporsinya kecil, biasanya hanya sekepalan nasi dengan siraman kuah gulai sapi, lalu ditambah potongan daging atau gajih, ditaburi kerupuk dan bawang goreng. Biasanya disantap bareng aneka sate tusuk-tusukan seperti :
- Sate ati ampela