Urban Farming, Gaya Hidup Cerdas di Tengah Kota
- https://livingarchitecturemonitor.com/articles/three-rooftop-farmers-reflect-on-social-benefits-green-rooftop-farms
Lifestyle, VIVA Bali – Urban farming atau pertanian urban merupakan praktik budidaya tanaman (dan terkadang ternak kecil) di area perkotaan terbatas, seperti pekarangan rumah, rooftop, dan dinding rumah. Model ini semakin diminati sebagai solusi ketahanan iklim dan pangan di tengah keterbatasan lahan dan kebutuhan gaya hidup sehat. Cukup dengan area yang terbatas, warga kota bisa menanam sayuran seperti kangkung, bayam, cabai, dan tomat.
Dikutip dari laman babelprov.go.id, berikut keuntungan dari penerapan urban farming:
1. Ketahanan pangan rumah tangga
Urban farming membantu keluarga perkotaan mencukupi sebagian kebutuhan sayur‐mayur secara mandiri, mengurangi ketergantungan distribusi pangan dari luar.
2. Gaya hidup sehat & organik
Banyak sistem seperti hidroponik atau vertikultur menerapkan metode tanpa pestisida sintetik, menghasilkan pangan lebih bersih dan ramah lingkungan.
3. Efisiensi lahan terbatas
Dengan sistem polybag, vertikultur, atau rooftop, tanaman bisa tumbuh optimal dalam ruang kecil, hingga 20‑25 tanaman dalam area 1×2 meter dengan hidroponik.
4. Pengurangan biaya rumah tangga
Bila kebutuhan sayur dipenuhi sebagian, rumah tangga bisa menghemat hingga ratusan ribu rupiah per bulan dari pengeluaran pangan.
5. Penguatan sosial lokal
Urban farming mampu membangun budaya gotong royong dan pemberdayaan komunitas sebagai aktivitas bersama warga .
Di lain sisi, sistem pertanian ini memiliki hambatan & tantangan yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Biaya investasi awal cukup tinggi
Pemasangan sistem hidroponik, vertikultur, atau penataan rooftop memerlukan biaya dan perangkat pendukung.
2. Keterampilan dan perawatan teknis dibutuhkan
Praktisi urban farming perlu memahami nutrisi tanaman, intensitas cahaya, sirkulasi air. Tanpa hal ini tanaman bisa gagal tumbuh.
3. Risiko kesehatan lokal
Bila sistem tidak dirawat, genangan air atau media tanam bisa memicu nyamuk dan sumber penyakit lain.
4. Hasil panen terbatas skala produksi
Urban farming cenderung lebih memenuhi kebutuhan lokal bukan produksi skala besar seperti pertanian pedesaan.
5. Kurangnya dukungan kebijakan
Belum semua pemerintah daerah menyediakan insentif atau regulasi khusus untuk mendukung urban farming cetak biru komunitas.
Urban farming telah muncul sebagai solusi cerdas untuk ketahanan pangan dan gaya hidup sehat di kota. Meski menghadapi tantangan seperti biaya dan perawatan teknis, manfaat jangka panjangnya–dari ketahanan pangan hingga penghematan dan pemberdayaan komunitas–layak untuk didorong lebih luas bersama kebijakan daerah dan edukasi publik.