Jangan Anggap Sepele! Gejala Skizofrenia dan Bipolar Ini Sering Diabaikan

Ilustrasi seseorang yang sedang konsultasi pada psikiater.
Sumber :
  • https://www.pexels.com/photo/person-in-black-pants-and-black-shoes-sitting-on-brown-wooden-chair-4101143/

Lifestyle, VIVA BaliGangguan jiwa seperti skizofrenia dan gangguan bipolar (GB) sering kali tidak disadari hingga kondisinya semakin parah. Padahal, menurut dr. Ashwin Kandouw, Sp.KJ, Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, deteksi dini dapat membuat pengobatan lebih efektif dan mengurangi risiko kekambuhan.

“Semakin cepat penderita skizofrenia atau bipolar mendapatkan pertolongan medis yang tepat, semakin besar peluangnya untuk pulih. Sebaliknya, jika terlambat ditangani, peluang pemulihan akan semakin kecil,” ujar Ashwin dalam diskusi kesehatan di Jakarta, Jumat, 25 Juli 2025, dikutip dari Antara.

Skizofrenia adalah gangguan mental kronis yang memengaruhi cara berpikir, perasaan, dan perilaku seseorang. Ashwin menjelaskan beberapa gejala yang umum terjadi pada penderita, antara lain:

Pola pikir kacau yang terlihat dari cara bicara yang berantakan.

Waham, yaitu keyakinan yang salah dan tidak sesuai dengan kenyataan.

Emosi tumpul atau mood yang kacau.

Perilaku yang kacau, tidak terarah, bahkan bisa agresif.

Halusinasi, yaitu mendengar atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada.

Berbeda dengan skizofrenia, gangguan bipolar ditandai oleh perubahan suasana hati yang sangat ekstrem.

Fase manik: merasa terlalu gembira, percaya diri berlebihan, penuh ide, dan memiliki energi yang berlebihan.

Fase depresi: sedih mendalam, sulit mengambil keputusan, hingga muncul keinginan untuk melukai diri sendiri atau bahkan bunuh diri.

“Gangguan bipolar dan skizofrenia memiliki beberapa kesamaan, yakni bersifat kronis dan kambuhan. Ada masa gejala mereda, tetapi bisa kambuh kembali jika tidak dikelola dengan baik,” jelas Ashwin.

Hanadi Setiarto, Country Group Head Wellesta Indonesia, menambahkan bahwa kurangnya pemahaman masyarakat tentang kesehatan mental membuat banyak penderita terlambat mendapatkan bantuan.

“Jika tidak diatasi, jumlah penderita skizofrenia dan bipolar akan terus bertambah. Dampaknya bisa memengaruhi kualitas hidup, memicu penyakit fisik seperti gangguan jantung dan metabolik, bahkan meningkatkan risiko kematian dini,” tegasnya.

Sebagai mitra pemerintah, Wellesta Indonesia mendukung program kesehatan mental nasional melalui edukasi publik, pelatihan tenaga medis, hingga kampanye nasional untuk mengurangi stigma terhadap penderita gangguan jiwa.

Ashwin menegaskan bahwa stigma terhadap psikiater harus segera dihilangkan.

“Konsultasi ke psikiater bukan hal yang memalukan. Justru itu langkah penting untuk mendeteksi dini dan mengendalikan gejala sebelum bertambah parah,” ujarnya.

Jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala-gejala yang mengarah pada skizofrenia atau bipolar, segera lakukan langkah berikut:

Konsultasi ke dokter spesialis kedokteran jiwa (psikiater) untuk pemeriksaan awal.

Ikuti pengobatan secara teratur sesuai anjuran dokter.

Dapatkan dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar untuk menghindari stigma.

“Dengan penanganan yang tepat dan dukungan yang kuat, penderita bisa menjalani hidup yang lebih baik dan produktif,” tutup Ashwin.