Peluk Idola Tanpa Izin? STOP! Hormati Batasan Mereka

Ilustrasi saat para penggemar bertemu dengan idola mereka.
Sumber :
  • https://www.pexels.com/photo/photo-of-people-during-evening-2834172/

Lifestyle, VIVA Bali – Kagum dan cinta pada seorang idola adalah hal yang wajar. Namun, apa yang terjadi ketika rasa kagum itu melampaui batas pribadi seseorang?

Peristiwa tidak menyenangkan menimpa musisi muda Nadin Amizah akhir pekan lalu. Setelah tampil di acara Pasar Senggol di Bekasi, Nadin mengalami tindakan tidak pantas dari seorang penonton yang menyentuh tubuhnya tanpa izin. Lewat unggahan di media sosial, ia menyampaikan kekesalan sekaligus kesedihannya, menegaskan bahwa tindakan seperti itu tidak bisa dibenarkan dengan alasan apa pun, bahkan oleh yang mengaku sebagai penggemar.

Tindakan ini menimbulkan perbincangan luas di masyarakat soal pentingnya batasan personal, bahkan dalam situasi yang tampak penuh euforia seperti bertemu idola. Menanggapi hal ini, psikolog lulusan Universitas Indonesia, Teresa Indira Andani, M.Psi., Psikolog, mengingatkan bahwa siapa pun termasuk figur publik memiliki hak atas ruang pribadinya.

“Batasan personal adalah batasan yang melindungi ruang pribadi dan rasa aman seseorang,” jelas Teresa saat dihubungi ANTARA pada Kamis (10/7).

Teresa menegaskan bahwa mengekspresikan kegembiraan saat bertemu dengan idola adalah hal yang manusiawi. Namun, harus tetap dilandasi empati dan penghargaan terhadap kenyamanan orang lain, terutama dalam hal sentuhan fisik.

Meski terlihat sepele, seperti memeluk atau memegang tangan saat momen foto bersama, tindakan tersebut tetap memerlukan konsen atau persetujuan dari pihak yang bersangkutan.

“Meskipun dalam niat mungkin tulus atau spontan, tiap individu memiliki batas kenyamanan pribadi yang berbeda dalam hal sentuhan fisik,” ujar Teresa.

Apalagi bagi figur publik seperti musisi, aktor, atau influencer yang harus berinteraksi dengan banyak orang dalam waktu singkat, sentuhan tanpa izin bisa terasa invasif dan melelahkan secara emosional.

Teresa juga mengingatkan bahwa dalam konteks sekarang, menyentuh seseorang hanya bisa dibenarkan jika:

Ada persetujuan eksplisit dari yang bersangkutan

Terjadi dalam situasi yang aman dan nyaman

Tidak dilakukan secara tiba-tiba

Bukan di ruang publik yang rawan penyalahgunaan

“Ekspresi sayang tidak harus lewat pelukan. Bisa lewat senyuman, lambaian tangan, atau kata-kata tulus yang justru lebih bermakna dan menghargai privasi,” katanya.

Kasus yang dialami Nadin Amizah menjadi pengingat bahwa rasa kagum tidak bisa menjadi alasan untuk melanggar batas seseorang. Mengidolakan bukan berarti memiliki hak atas tubuh sang idola.

Menjadi penggemar sejati berarti tahu kapan harus mendukung, dan kapan harus menjaga jarak.

Kehangatan bisa disampaikan lewat cara yang lebih sopan dan elegan. Berteriak dari kejauhan, menyanyikan lagu bersama, atau hanya menunjukkan senyum tulus bisa menjadi bentuk cinta yang jauh lebih berharga tanpa mengorbankan kenyamanan siapa pun.

Karena sejatinya, kekaguman tak pernah melukai. Dan cinta yang tulus selalu datang bersama rasa hormat.