Bukan Sekadar Minum! Ini Pengalaman Meracik Matcha Ala Jepang

Ilustrasi pembuatan segelas Matcha.
Sumber :
  • https://www.pexels.com/photo/hand-whisking-matcha-tea-outdoors-on-terrazzo-table-32300847/

Lifestyle, VIVA Bali – Di balik popularitas matcha yang kini digemari banyak orang, ternyata tersimpan filosofi hidup dari Jepang yang penuh makna. Bukan hanya soal rasa, tetapi tentang bagaimana cara menikmati hidup dengan sederhana dan apa adanya. Filosofi itu dikenal dengan istilah “wabi-sabi”, seni menerima ketidaksempurnaan dan menemukan keindahan dalam ketenangan.

Kini, Anda tidak perlu jauh-jauh terbang ke Jepang untuk merasakan pengalaman tersebut. Chontea.co, sebuah kedai omakase matcha asal Bali, resmi membuka cabang barunya di lantai 5 Plaza Senayan, Jakarta. Tempat ini menawarkan pengalaman meracik dan menikmati matcha secara autentik, sekaligus menjadi ruang pelarian sejenak dari bisingnya ibu kota.

Begitu memasuki area Chontea.co, suasana langsung berubah. Dekorasi interior yang didominasi warna hitam, bebatuan ala taman Zen, pencahayaan hangat, hingga elemen kayu tradisional Jepang langsung menghadirkan ketenangan yang mendalam.

Tidak seperti kedai teh pada umumnya, pengunjung di sini tidak hanya datang untuk memesan minuman. Melainkan diajak untuk ikut terlibat dalam proses meracik matcha sendiri, lengkap dengan peralatan tradisional khas upacara teh Jepang.

Sebelum meracik, pengunjung akan dikenalkan dengan berbagai peralatan yang memiliki fungsi dan makna tersendiri, di antaranya:

Chasen (whisk bambu untuk mengocok matcha)

Chashaku (sendok bambu kecil untuk mengambil matcha)

Chawan (gelas atau mangkuk teh)

Chagama (ketel besi untuk air panas)

Hishaku (sendok bambu panjang untuk mengambil air)

Natsume (wadah penyimpanan bubuk matcha)

Chakin (kain putih untuk mengelap gelas)

Fukusa (kain sutra untuk membuka dan menutup ketel)

Menariknya, setiap alat tidak bisa diletakkan sembarangan. Semuanya harus disusun sesuai dengan arah jarum jam. Misalnya, whisk bambu ditempatkan di posisi jam 1, kain putih di jam 3, sendok bambu di jam 4, kain sutera di jam 9, dan wadah matcha di jam 11. Bahkan posisi tali pada whisk harus selalu menghadap ke arah pengunjung, sebagai bentuk penghormatan pada proses.

Setelah alat siap, ritual pun dimulai dengan membuka tutup ketel menggunakan kain sutra. Menariknya, warna kain juga dibedakan; merah atau oranye untuk perempuan dan ungu untuk laki-laki, mengikuti tradisi Jepang.

Selanjutnya, air panas diambil dari ketel menggunakan sendok bambu panjang dan dituangkan ke dalam gelas untuk membilas dan menghangatkan. Setelah gelas dibersihkan, bubuk matcha mulai dimasukkan. Setiap pengunjung mendapatkan takaran standar sebanyak 3 gram.

Bubuk matcha yang digunakan adalah jenis Uji Hikari, salah satu kultivar langka asal Shirakawa, Jepang, yang terkenal dengan rasa creamy dan lembut.

Air panas dituangkan kembali. Jika ingin rasa lebih pekat, cukup setengah gelas. Jika ingin lebih ringan, isi hingga penuh.

Proses paling penting adalah mengocok matcha dengan whisk bambu. Tekniknya tidak sembarangan. Whisk harus digerakkan cepat membentuk pola huruf M atau Z. 30 detik pertama bertujuan menciptakan busa pekat (makro), kemudian 30 detik berikutnya untuk memperhalus menjadi busa lembut (mikro).

“Proses ini memang butuh tenaga dan fokus. Tapi justru di sinilah letak nilai healing-nya,” ujar Fikar, Barista Server di Chontea.co Jakarta.

Setelah matcha siap, tidak ada aturan baku untuk menikmatinya. Namun, barista akan menyarankan untuk memegang gelas dengan tangan kiri di sisi atas dan tangan kanan menopang bagian bawah. Seruput perlahan dan rasakan aroma, rasa, serta ketenangan yang muncul bersamaan.

Bagi yang kurang terbiasa dengan rasa pahit khas matcha, Chontea.co menyediakan pendamping manis berupa Wagashi Nerikiri manisan tradisional Jepang yang tampilannya begitu artistik.

Wagashi berbentuk bunga peony merah muda dengan satu daun hijau, melambangkan musim semi. Isiannya adalah perpaduan stroberi segar dan keju lembut, memberikan rasa manis yang pas dan tekstur lembut yang sedikit kenyal.

Cara menikmatinya pun cukup istimewa. Gunakan pisau kayu kecil, potong menjadi empat bagian, lalu makan perlahan sambil menyeruput matcha.

Ritual meracik dan menikmati matcha di Chontea.co bukan hanya tentang rasa. Ini adalah pengalaman yang mengajarkan untuk melambat sejenak, menikmati proses, dan menerima bahwa tidak ada yang benar-benar sempurna di dunia ini.

Filosofi wabi-sabi tidak hanya melekat pada teh, tapi juga menjadi pengingat bahwa dalam ketidaksempurnaan, kita justru bisa menemukan kedamaian dan kebahagiaan.

Jadi, jika Anda sedang mencari tempat untuk sejenak lepas dari penatnya Jakarta, sekaligus belajar memahami arti menikmati hidup, Chontea.co adalah tempat yang wajib Anda datangi.