Museum Puri Lukisan, Penjaga Warisan Seni Rupa Bali dari Era Pitamaha hingga Modern di Ubud

Eksplorasi evolusi seni lukis Bali di Museum Puri Lukisan
Sumber :
  • https://travelspromo.com/htm-wisata/museum-puri-lukisan-gianyar/

Wisata, VIVA Bali – Bali dikenal sebagai pulau seni yang memikat dunia dengan kreativitas senimannya, dan Museum Puri Lukisan Ratna Wartha menjadi saksi utama kelestarian itu. Sebagai museum seni tertua di Bali, museum ini menyimpan koleksi lukisan dan ukiran kayu dari tradisional hingga modern, mencerminkan evolusi kesenian budaya Bali seperti gaya Ubud, Sanur, Batuan, Young Artist, dan Keliki. Terletak di Jalan Tjokorda Gde Putra Sudharsana (Raya Ubud), Gianyar, museum ini mudah dijangkau hanya 40 menit dari Bandara Ngurah Rai, menjadikannya destinasi wajib bagi pecinta seni dan wisatawan yang ingin menyelami jiwa Pulau Dewata (wikipedia.org).

 

Asal-usul Museum Puri Lukisan dilansir dari indonesiakaya.com, lahir dari kekhawatiran pemiskinan budaya Bali di awal abad ke-20, ketika karya seniman Bali mulai tersebar ke seluruh dunia sebagai cenderamata turis. Gagasan pelestarian muncul sejak 1936 melalui pendirian perkumpulan Pitamaha oleh Tjokorda Gde Agung Sukawati (Raja Ubud), Walter Spies (pelukis Jerman, 1895–1942), dan Rudolf Bonnet (pelukis Belanda, 1895–1978). Pitamaha, dengan lebih dari 120 anggota, aktif mengadakan pameran untuk kembangkan seni rupa Bali tradisional-modern, meski sempat krisis saat Perang Dunia II. Pada 1953, Yayasan Ratna Wartha dibentuk sebagai kelanjutan semangat Pitamaha. Peletakan batu pertama dilakukan Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo pada 31 Januari 1954, dan peresmian oleh Menteri Pendidikan Mohammad Yamin pada 31 Januari 1956. Tjokorda Gde Agung Sukawati menjabat direktur pertama, sementara Rudolf Bonnet sebagai kurator, dengan koleksi awal dari sumbangan seniman dan donatur (wikipedia.org).

 

Koleksi Museum Puri Lukisan terbagi di empat galeri utama, mencakup lukisan wayang Kamasan, ukiran kayu, karya Pitamaha, lukisan I Gusti Nyoman Lempad, dan seni modern Bali. Galeri Pitamaha menampilkan lukisan 1930–1945, termasuk karya Lempad; Galeri Ida Bagus Made fokus pada era 1945–sekarang dengan karya maestro Ida Bagus Made; Galeri Wayang sajikan lukisan modern dan gaya wayang Kamasan; serta Galeri Sejarah yang ceritakan perjalanan pendirian museum. Sejak 1930, koleksi terus bertambah melalui pembelian dan sumbangan, menjaga kekhasan seni Bali agar tak hilang di tanah airnya sendiri. Museum ini bukan sekadar gudang seni, tapi ruang hidup yang perkenalkan evolusi kreativitas Bali kepada pengunjung (indonesiakaya.com).

 

Hingga kini, Museum Puri Lukisan tetap relevan sebagai penjaga esensi seni Bali, dengan pameran yang tak hanya statis tapi juga edukatif melalui tur pandu dan workshop. Meski menghadapi tantangan modernisasi, museum ini pertahankan misi Pitamaha: kembangkan seni tanpa kehilangan akar tradisional. Koleksi yang tersebar di galeri-galeri itu jadi pengingat bahwa kreativitas Bali pernah goyang dunia, dan kini dilestarikan untuk generasi mendatang. "Kekhawatiran pemiskinan budaya" yang memicu pendiriannya kini berubah jadi kekayaan yang dibagikan, menarik ribuan wisatawan setiap tahun.