Upacara Penti Wae Rebo, Simbol Syukur dan Keharmonisan Alam
- https://www.instagram.com/p/C0lu73WvjOx/?img_index=1&igsh=cGR2bXlpcXYyMW5m
Tradisi, VIVA Bali –Wae Rebo di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur bukan hanya terkenal dengan rumah adat Mbaru Niang yang ikonik. Desa adat di ketinggian ini juga menyimpan warisan budaya yang masih lestari hingga kini. Salah satunya ialah tradisi upacara penti, ritual tahunan penuh simbol yang menjadi wujud syukur masyarakat terhadap Tuhan dan leluhur atas hasil panen sekaligus penanda dimulainya tahun baru budaya.
Penti dimaknai sebagai ungkapan terima kasih kepada Mori Jari Dedek (Tuhan) dan arwah leluhur atas keberhasilan masyarakat melewati musim kerja yang panjang. Ritual ini juga menjadi doa bersama agar tahun baru membawa keberkahan, keselamatan, dan hasil pertanian yang lebih baik.
Ditinjau bahasa Manggarai, Penti berasal dari ungkapan yang bermakna syukur karena telah melewati tahun lama dan siap menyambut tahun yang baru. Bagi masyarakat Wae Rebo, Penti bukan sekadar pesta rakyat, melainkan momentum sakral yang mempererat ikatan spiritual dengan Sang Pencipta, leluhur, sesama warga, dan alam sekitar.
Penti biasanya digelar setiap pertengahan November. Persiapan dilakukan jauh hari sebelumnya, termasuk mengundang warga yang tinggal di luar kampung agar hadir. Sejak pagi, masyarakat memulai dengan ritual Podo Tenggeng, yaitu persembahan sederhana yang diyakini dapat menjauhkan bencana kelaparan.
Prosesi utama dimulai dengan pemberkatan terhadap sumber mata air, perlindungan kampung, dan pembersihan dari roh jahat. Tokoh adat memimpin doa sambil membawa persembahan ayam sebagai simbol pengorbanan. Keadaan hati dan organ ayam yang dipotong menjadi pertanda apakah doa masyarakat diterima oleh leluhur.
Tarian Caci
Usai pemberkatan, suasana berubah meriah dengan penampilan Tarian Caci. Tarian khas Manggarai ini hanya ditampilkan pada momen penting seperti Penti. Penari pria mengenakan pakaian adat lengkap, membawa cambuk dan perisai, lalu menari dengan penuh semangat.
Selain warga Wae Rebo, wisatawan juga dapat menyaksikan bahkan mencoba ikut dalam tarian ini dengan arahan tetua adat. Kehadiran Tarian Caci menambah keunikan Penti sekaligus menjadi ajang mempertahankan seni tradisi yang sarat nilai keberanian dan kehormatan.
Puncak Perayaan di Rumah Gendang
Menjelang malam, masyarakat berkumpul di Rumah Gendang, pusat kegiatan adat Wae Rebo. Di sana digelar upacara pemanggilan arwah leluhur melalui ziarah ke makam delapan nenek moyang desa. Ritual dilanjutkan dengan pemberkatan tiap kamar dalam rumah adat, ditandai penyembelihan ayam sebagai simbol perlindungan bagi penghuni.
Puncak perayaan berlangsung dengan pemotongan dua ekor babi dan atraksi budaya Sanda, yaitu nyanyian bersama dalam lingkaran di dalam Rumah Gendang. Suasana hangat dan penuh kebersamaan membuat siapa pun yang hadir merasakan kedalaman nilai kekeluargaan yang masih terjaga erat.
Keindahan alam Wae Rebo berpadu harmonis dengan tradisi seperti Penti, menjadikan desa ini destinasi unggulan bagi pencinta budaya nusantara. Setiap November, Wae Rebo menyambut tahun baru budaya dengan sukacita, mengingatkan bahwa akar tradisi adalah sumber kekuatan bagi masyarakat untuk melangkah ke masa depan tanpa melupakan warisan leluhur.