Reog Kendang Tulungagung, Warisan Seni yang Tetap Hidup

Ilustrasi kendang seni Reog Kendang Tulungagung
Sumber :
  • https://live.staticflickr.com/5057/5433312920_06f96af609_z.jpg

Budaya, VIVA Bali –Tulungagung, sebuah daerah di Jawa Timur, memiliki kekayaan budaya yang tidak kalah menarik dari tetangganya, Ponorogo. Jika Ponorogo terkenal dengan Reog Singo Barong, maka Tulungagung punya seni khas yang tak kalah menawan, Reog Kendang namanya. Kesenian ini bukan sekadar hiburan rakyat, melainkan juga identitas budaya yang penuh dengan makna dan sejarah panjang.

Menurut penelitian yang diterbitkan dalam PINUS: Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran, Reog Kendang lahir sebagai bentuk adaptasi masyarakat Tulungagung terhadap budaya Reog yang masuk dari Ponorogo. Namun, alih-alih meniru sepenuhnya, masyarakat setempat mengolahnya menjadi tarian yang lebih dinamis, dengan menjadikan kendang sebagai instrumen utama. Perubahan ini menciptakan identitas baru yang membedakan Reog Kendang dari Reog Ponorogo.

Keunikan Reog Kendang terletak pada irama perkusi yang menghentak, dipadukan dengan gerakan penari yang energik. Penari, baik laki-laki maupun perempuan, tampil dengan kostum penuh warna sambil mengikuti ketukan kendang yang dominan. Irama kendang inilah yang membuat pertunjukan terasa hidup dan membangkitkan semangat penonton.

Seperti dijelaskan dalam Atmosfer: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, Seni, Budaya dan Sosial Humaniora, Reog Kendang dipandang sebagai simbol vitalitas masyarakat Tulungagung, yang menekankan nilai kebersamaan dan kekuatan komunal.

Di balik pertunjukan yang meriah, Reog Kendang menyimpan filosofi mendalam. Gerakan para penari melambangkan semangat perjuangan dan keteguhan, sedangkan tabuhan kendang dianggap sebagai simbol denyut kehidupan. Tidak heran jika tarian ini sering ditampilkan dalam acara penting, mulai dari hajatan, festival budaya, hingga penyambutan tamu kehormatan. Fungsinya bukan hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai doa dan harapan akan keberkahan.

Menariknya, Reog Kendang juga berhasil bertahan di tengah gempuran modernisasi. Masyarakat Tulungagung terus melestarikannya melalui kelompok seni, festival daerah, hingga masuk ke ranah pendidikan formal. Anak-anak muda didorong untuk ikut belajar dan tampil, sehingga kesenian ini tidak berhenti pada satu generasi saja. Peneliti dalam jurnal Atmosfer menegaskan bahwa keberlangsungan Reog Kendang adalah bukti nyata bagaimana kearifan lokal bisa beradaptasi tanpa kehilangan jati diri.

Dengan perpaduan musik kendang yang khas, gerakan tari yang penuh semangat, serta nilai-nilai budaya yang mendalam, Reog Kendang telah menjadi ikon budaya Tulungagung. Lebih dari sekadar tarian, ia adalah representasi identitas, doa, dan semangat hidup masyarakat yang terus berdenyut hingga hari ini.