Tradisi Potong Gigi di Bali, Ritual Suci Menuju Kedewasaan

Seorang wanita setelah menjalani tradisi metatah
Sumber :
  • Sumber https://www.sanglah-institute.org/2021/12/mempertahankan-kesadaran-reflektif-saat.html?m=1

Gumi Bali, VIVA BaliDi tengah kekayaan budaya Bali, terdapat sebuah upacara sakral yang menandai peralihan seseorang dari masa remaja menuju kedewasaan, yaitu upacara potong gigi atau yang dikenal dengan istilah metatah atau mesangih.

Upacara ini bukan sekadar tradisi turun-temurun, melainkan memiliki makna spiritual yang mendalam bagi masyarakat Hindu di Bali.

Metatah merupakan bagian dari upacara Manusa Yadnya, yaitu rangkaian upacara yang berkaitan dengan siklus kehidupan manusia. Dalam metatah, enam gigi taring dan gigi seri bagian atas dikikir hingga rata.

Tindakan ini melambangkan pengendalian diri terhadap enam sifat negatif dalam diri manusia, yang dikenal sebagai Sad Ripu: kama (nafsu), loba (keserakahan), krodha (kemarahan), moha (kebingungan), mada (kemabukan), dan matsarya (iri hati).

Dengan mengikis gigi-gigi tersebut, diharapkan individu dapat mengendalikan sifat-sifat tersebut dan memasuki fase kehidupan yang lebih dewasa dan bertanggung jawab.

Pelaksanaan upacara metatah biasanya dilakukan sebelum seseorang menikah, namun tidak jarang juga dilakukan secara massal untuk efisiensi dan kebersamaan. Dalam prosesi ini, peserta mengenakan busana adat lengkap, dan upacara dipimpin oleh seorang pemangku atau pendeta.

 

Sepasang laki-laki dan perempuan melakukan ritual tradisi Bali

Photo :
  • Sumber https://www.pexels.com/photo/a-man-and-a-woman-getting-married-in-traditional-ceremony-8630734/

 

Selain itu, penggunaan kain bebali, yaitu kain tradisional yang ditenun oleh perempuan yang telah mencapai usia tertentu, menjadi bagian penting dalam upacara ini. Kain ini melambangkan kesucian dan penghormatan terhadap leluhur serta dewa-dewi yang diyakini hadir dalam upacara tersebut.

Salah satu tempat bersejarah yang sering digunakan untuk melaksanakan upacara metatah adalah Bale Kambang di kompleks Kertha Gosa, Klungkung. Bangunan ini memiliki arsitektur khas Bali dan dihiasi dengan lukisan-lukisan wayang yang menggambarkan nilai-nilai moral dan spiritual.

Lukisan-lukisan tersebut tidak hanya memperindah bangunan, tetapi juga berfungsi sebagai media edukasi bagi peserta upacara dan masyarakat umum tentang pentingnya menjalani kehidupan yang baik dan benar.

Tradisi potong gigi di Bali juga memiliki nilai historis yang mendalam. Beberapa penelitian arkeologi menunjukkan bahwa praktik modifikasi gigi telah ada sejak zaman prasejarah di wilayah Indonesia, termasuk di Bali.

Selain aspek spiritual dan historis, upacara metatah juga memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat Bali. Keluarga dan komunitas berkumpul untuk merayakan momen penting ini, memberikan dukungan moral dan spiritual kepada peserta upacara. Kebersamaan ini mencerminkan nilai gotong royong dan solidaritas yang menjadi ciri khas masyarakat Bali.

Meskipun zaman terus berkembang, masyarakat Bali tetap mempertahankan tradisi potong gigi sebagai bagian dari identitas budaya mereka. Upacara ini tidak hanya menjadi simbol peralihan usia, tetapi juga sebagai pengingat akan pentingnya menjaga keseimbangan antara dunia material dan spiritual.