Upacara Otonan di Bali Sebagai Wujud Syukur dan Penyucian Diri
- https://whatsnewindonesia.com/ Link: https://whatsnewindonesia.com/bali/feature/education/birth-hereditary-understanding-significance-balinese-otonan-ceremony
Gumi Bali, VIVA Bali – Di tengah gemuruh zaman modern, masyarakat Bali tetap teguh merawat akar budayanya yang sarat makna. Salah satu wujudnya adalah upacara Otonan, sebuah perayaan spiritual untuk menyucikan diri dan mengingat asal mula kehidupan manusia.
Upacara Otonan biasa dilangsungkan di berbagai wilayah Bali, termasuk Desa Sedang, yang masih memegang teguh tradisi ini. Otonan dilakukan setiap 210 hari menurut kalender Bali, bertepatan dengan hari kelahiran seseorang berdasarkan wuku dan wewaran.
Secara historis, Otonan berasal dari kata pawetuan, yang merujuk pada hari kelahiran dalam perhitungan kalender Bali. Tradisi ini telah ada sejak lama sebagai bagian dari upacara Manusa Yadnya, yaitu serangkaian ritual yang mengiringi perjalanan hidup manusia dari lahir hingga meninggal dunia.
Dalam pelaksanaannya, Otonan tidak hanya sekadar seremoni, tetapi juga sarat dengan filosofi spiritual. Contohnya adalah Bayuh Oton, yakni upacara yang bertujuan untuk menetralisir derita karma bawaan serta menyucikan jiwa secara lahir dan batin.
Upacara ini biasanya dilengkapi dengan sarana seperti banten pejati, segehan, dan sesayut pawetuan, serta pemakaian benang putih sebagai simbol kelenturan dan kelurusan hati. Selain itu, mantra-mantra sakral dibacakan oleh orang tua atau pemangku untuk memohon keselamatan dan kebijaksanaan hidup bagi sang anak.
Menariknya, Otonan tidak harus dilakukan secara mewah; nilai spiritual lebih diutamakan daripada tampilan lahiriah. Yang terpenting adalah esensi rasa syukur kepada Sang Hyang Widhi serta pembelajaran etika bagi anak agar tumbuh menjadi pribadi yang santun dan welas asih.
Otonan bukan sekadar ritual, melainkan cerminan dari ajaran hidup yang mendalam: bahwa hidup adalah anugerah yang patut disyukuri dan dijalani dengan penuh kesadaran. Melalui Otonan, masyarakat Bali diajak untuk kembali ke jati diri, menjaga harmoni dengan semesta, dan terus menyucikan langkah dalam perjalanan hidup.