Tari Baris Bali, Warisan Sakral yang Kian Terlupakan

Tari Baris yang melambangkan jiwa ksatria Prajurit Bali
Sumber :
  • http://disbud.bulelengkab.go.id/

Budaya, VIVA Bali –Tari Baris dikenal sebagai simbol keprajuritan dalam tradisi masyarakat Bali. Tarian ini menggambarkan semangat para prajurit yang gagah berani dalam membela kebenaran dan kesucian. Namun tak banyak yang tahu bahwa Tari Baris Bali memiliki banyak varian dengan nilai sakral tinggi, yang kini jarang dipentaskan dan bahkan nyaris punah. Keberadaan tarian-tarian ini tak lepas dari konteks adat dan ritual keagamaan yang hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu.

Tari Baris Nang Dudu

Berakar dari Desa Pujungan, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan, Tari Baris Nang Dudu memiliki keunikan tersendiri karena mengangkat kisah makhluk halus bernama Nang Dudu. Dalam masyarakat setempat, tarian ini ditampilkan saat upacara Ngusaba Nini untuk menetralkan kekuatan negatif (bhuta) menjadi kekuatan positif (dewa). Gerakannya cenderung tidak beraturan, mencerminkan sifat liar dari roh yang ditaklukkan. Namun karena sifatnya yang sakral dan pengetahuan yang terbatas di kalangan generasi muda, tarian ini kini sangat jarang dipertontonkan.

Keunikan lain dari tarian ini adalah kombinasi antara elemen ritual dan hiburan rakyat. Penarinya bisa laki-laki maupun perempuan, dan kostum yang digunakan tidak seformal tarian lainnya. Namun di balik tampilannya yang sederhana, masyarakat meyakini bahwa Tari Baris Nang Dudu memiliki kekuatan spiritual yang besar dan hanya bisa dipentaskan setelah melalui proses pembersihan diri serta persembahyangan khusus.

Tari Baris Sumbu

Tari Baris Sumbu berasal dari Desa Adat Semanik, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Tarian ini dipentaskan dalam upacara Neduh, yaitu ritual bersih desa. Penarinya membawa sumbu berbentuk kerucut dari janur dan mengelilingi balai suci sebanyak tiga kali. Tidak ada pakem gerakan dalam tarian ini, sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja yang telah dewasa. Sifatnya yang fleksibel justru memperlihatkan bahwa kekuatan tarian ini terletak pada niat dan kesucian prosesi, bukan sekadar teknik menari.

Tradisi ini telah diwariskan secara turun-temurun dan tetap lestari karena masih menjadi bagian penting dalam tata upacara desa. Menariknya, tidak diperlukan keahlian khusus untuk menjadi penari Baris Sumbu. Hal ini menjadi bukti bahwa dalam budaya Bali, semangat kebersamaan dan keikhlasan jauh lebih diutamakan dibandingkan keterampilan semata dalam konteks ritual keagamaan.

Tari Baris Memedi

Dari Desa Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, muncul Tari Baris Memedi, yang tampil dengan kostum menyeramkan berbahan daun-daunan, arang, dan anyaman bambu. Tarian ini menjadi bagian penting dalam upacara Pitra Yadnya, khususnya saat ngaben massal. Kostum memedi dipercaya menakuti roh jahat agar tidak mengganggu perjalanan roh yang sedang diantarkan menuju alam suci. Meski tampilannya menyeramkan, tarian ini sarat akan makna spiritual dan penghormatan kepada leluhur.

Para penari Baris Memedi biasanya dipilih dari masyarakat lokal yang memang telah terbiasa berpartisipasi dalam prosesi keagamaan. Sebelum menari, mereka menjalani ritual pembersihan dan persembahyangan untuk memastikan bahwa tubuh dan batin mereka siap menyatu dengan peran simbolik yang mereka bawakan. Walau tidak ditampilkan dalam konteks hiburan, tarian ini tetap menjadi tontonan yang mengesankan dan menyentuh secara emosional.

Tari Baris Dadap

Tari Baris Dadap merupakan tarian sakral yang dipentaskan di Pura Kahyangan Tiga di wilayah Desa Adat Les dan Penuktukan, Kabupaten Buleleng. Tarian ini dipercaya memiliki kekuatan spiritual untuk menetralkan gangguan Bhuta Kala dan menjaga keharmonisan desa. Tarian ini bersifat wajib dalam upacara besar adat, namun keberlanjutannya kini menghadapi tantangan karena sebagian besar penarinya telah lanjut usia dan belum banyak generasi muda yang mengambil alih peran tersebut.

Dalam praktiknya, Tari Baris Dadap tidak hanya menjadi pelengkap ritual, tetapi juga simbol identitas komunitas lokal. Para penari menggunakan tombak dan daun sebagai properti utama, memperlihatkan hubungan erat antara manusia, alam, dan kekuatan spiritual yang diyakini menjaga keseimbangan desa. Komunitas adat masih berupaya melestarikan tarian ini melalui pendidikan informal kepada anak-anak dan remaja di banjar.

Konteks Budaya Tari Baris di Bali

Tari Baris tidak hanya tentang seni gerak, tetapi juga menyimpan nilai-nilai keagamaan, etika sosial, dan filosofi Hindu Bali. Setiap gerakan, properti, hingga iringan gamelan memiliki makna simbolik yang mendalam. Dalam beberapa jenis Tari Baris, bahkan terdapat pesan-pesan spiritual yang disampaikan melalui nyanyian atau lontar yang dibacakan saat pementasan.

Bali memang dikenal sebagai pulau yang berhasil menjaga keberagaman budayanya, tetapi keberadaan tarian sakral seperti Baris semakin memerlukan perhatian. Tanpa dokumentasi yang baik dan regenerasi aktif, banyak bentuk Tari Baris yang berisiko hilang tanpa jejak. Oleh karena itu, penting bagi generasi muda untuk tidak hanya melihat tarian ini sebagai warisan estetika, tetapi juga sebagai warisan spiritual dan identitas budaya.