Melukat, Antara Penyucian Diri, Tren Healing, dan Warisan Budaya Bali

Melukat, berawal dari tradisi kini menjadi tren bagi para turis
Sumber :
  • https://www.istockphoto.com/id/search/2/image-film?phrase=pura+tirta+empul+foto

1. Persembahyangan. Membawa canang sari (persembahan bunga dan dupa) untuk menghaturkan doa kepada Sang Hyang Widhi.

2. Dipandu pemangku. Pemangku atau sulinggih akan membacakan doa, memercikkan air suci, dan memandu peserta dalam alur ritual.

3. Penyucian dengan tirta. Peserta berdiri di bawah pancuran sambil memanjatkan doa pribadi, biasanya dimulai dari pancuran paling kiri.

4. Penutup. Setelah selesai, peserta kembali berdoa dan memercikkan air suci ke wajah dan kepala. 

Dampak Sosial dan Kekhawatiran

Meski memberi manfaat spiritual dan ketenangan mental, tren melukat juga memunculkan kekhawatiran. Beberapa pemangku adat khawatir makna sakral ritual ini tergerus oleh praktik wisata massal. Ada yang datang hanya untuk foto atau video, tidak memahami makna atau tata cara yang benar.

Di sisi lain, masyarakat lokal melihat peluang ekonomi dari maraknya wisata spiritual ini, mulai dari penyewaan kain hingga pemandu ritual. Namun mereka juga terus menekankan pentingnya edukasi agar wisatawan tidak sekadar menjadikan melukat sebagai hiburan.