Mengenal Mepasah, Tradisi Pemakaman di Desa Trunyan Bali
- https://id.wikipedia.org/wiki/Terunyan,_Kintamani,_Bangli#/media/Berkas:Bamboo_cages_for_the_deceased_in_Trunyan,_Bali.jpg
Apabila salah seorang warga Desa Trunyan meninggal secara wajar, mayatnya akan ditutupi dengan kain putih, diupacarai, kemudian diletakkan tanpa dikubur di bawah pohon besar bernama Taru Menyan, di sebuah lokasi yang bernama Sema Wayah. Namun, apabila sebab kematiannya tidak wajar, seperti karena kecelakaan, bunuh diri, atau dibunuh orang, maka mayatnya akan diletakan di lokasi yang bernama Sema Bantas. Sedangkan untuk mengubur bayi, anak kecil, atau warga yang sudah dewasa tetapi belum menikah, akan diletakan di Sema Muda.
Walaupun jenazah-jenazah tersebut tidak dikubur ke dalam tanah, hanya dibiarkan hancur secara alami, tempat ini tidak menimbulkan bau karena adanya Taru Menyan. Taru Menyan sendiri memiliki arti pohon yang harum. Pohon Taru Menyan bisa mengeluarkan bau harum dan mampu menetralisir bau busuk. Pohon inilah yang diyakini sebagai asal usul Desa Trunyan karena pohon ini hanya tumbuh di desa ini.
Tradisi Mepasah ini menjadi salah satu tradisi yang terus dilestarikan di Pulau Bali khususnya di Desa Trunyan. Hal ini juga menjadi hal yang istimewa bagi para wisatawan yang datang ke Desa Trunyan. Jika ingin mengeksplore keragamaan budaya dan tradisi di Bali, Desa Trunyan merupakan salah satu pilihan destinasi edukatif yang bisa dikunjungi.