SMPN 2 Praya Tengah Hanya Dapat 9 Siswa di SPMB 2025

SMPN 2 Praya Tengah, Lombok Tengah.
Sumber :
  • Ida Rosanti/ VIVA Bali

Lombok Tengah, VIVA Bali –Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Praya Tengah, Lombok Tengah hanya mendapatkan  9 siswa dalam Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) tahun 2025. Hal ini terjadi lantaran animo masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah itu rendah dan banyak sekolah kompetitor yang jadi pilihan masyarakat.

Investasi Tertahan, WNA Australia Bongkar Dugaan Pemerasan oleh Wakil Ketua DPRD Lombok Barat

Kepala SMPN 2 Praya Tengah, Muhrim kepada Bali.viva.co.id, Senin, 7 Juli 2025 mengatakan, meski hanya 9 orang, jumlah siswa yang mendaftar tahun ini lebih banyak dibandingkan dengan SPMB tahun 2024 lalu yang hanya berjumlah 5 orang peserta didik baru.

"Kami sudah minta tolong kepada para tokoh agar sekolah ini turut diperhatikan, tapi tidak direspon malahan info dari luar kepala desa mendorong masyarakat untuk masuk madrasah," kata Muhrim.

Serapan Gabah Bulog NTB Mencapai 162.385 Ton Setara Beras

Dia mengungkapkan, dalam menghadapi ketatnya persaingan di SPMB 2025 ini, pihaknya melakukan berbagai upaya, termasuk menawarkan seragam gratis kepada calon peserta didik baru. Namun itu belum juga bisa mendongkrak animo masyarakat. Selain itu pendekatan ke pihak sekolah dasar juga intens dilakukan namun hasilnya belum sesuai yang diharapkan. 

"Kita sulit dapat siswa juga karena ada pengaruh omongan dari luar menyangkut sekolah, padahal keberadaan sekolah cukup strategis dan mudah dijangkau masyarakat," ujarnya.

Bersama Petani Lombok Barat, Kapolda NTB Wujudkan Swasembada Lewat Jagung

Selain promosi, sekolah juga pernah melakukan pendekatan ke sekolah-sekolah sasaran, begitu juga ke SMPN 1 Praya Timur dan MTsN 1 Lombok Tengah. Pihaknya meminta sekolah yang menjadi rebutan itu agar membatasi jumlah siswa baru dari Desa Batunyala dan sekitarnya bisa dibatasi. Sehingga SMPN 2 Praya Tengah bisa kebagian  siswa juga. "Tapi nyatanya itu sulit juga," terang Muhrim. 

Dia mengungkapkan, sepinya pendaftar di sekolahnya telah terjadi sejak beberapa tahun lalu, namun kondisi penurunan drastis terjadi pada 2 tahun terakhir atau seiring diberlakukannya sistem zonasi atau domisili. Dampak dari sedikitnya jumlah murid, penerimaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) semakin berkurang. 

Halaman Selanjutnya
img_title