Museum Balla Lompoa Jejak Istana Terakhir Kerajaan Gowa Sebelum Pemerintahan Indonesia

Museum Balla Lompoa
Sumber :
  • https://unsplash.com/id/foto/sebuah-bangunan-kayu-besar-yang-duduk-di-atas-tempat-parkir-IT-Nl9dTHXE

Wisata, VIVA BaliMuseum Balla Lompoa merupakan salah satu museum bersejarah yang terletak di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Museum ini menjadi saksi perjalanan panjang Kerajaan Gowa yang pernah berjaya di masa lampau. Nama Balla Lompoa sendiri berarti “rumah besar” dalam bahasa Makassar, yang mencerminkan fungsi utamanya sebagai istana tempat tinggal para raja Gowa.

Bangunan Museum Balla Lompoa berdiri di atas lahan seluas 7.663 meter persegi. dan dibangun pada tahun 1936, pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-35. Dengan luas bangunan mencapai 1.144 meter persegi, museum ini sepenuhnya terbuat dari kayu jati yang kokoh dan menampilkan corak arsitektur tradisional Makassar yang khas. Menariknya, meskipun kental dengan nuansa tradisional, beberapa bagian bangunan sudah menerapkan sentuhan teknik modern, seperti penggunaan baut pada sambungan kayu serta dapur yang dibuat dari bahan batu bata, memperlihatkan perpaduan harmonis antara warisan budaya lokal dan adaptasi teknologi masa itu.

Arsitektur Balla Lompoa mencerminkan perpaduan berbagai pengaruh kebudayaan yang pernah hadir secara silih berganti di masa lalu. Tiang-tiang penyangga berbentuk oktagon (segi delapan) melambangkan delapan arah mata angin, yang dipercaya sebagai jejak pengaruh agama Hindu. Pada bagian tertentu tiang terdapat ukiran berbentuk bunga teratai sebagai simbol ajaran Buddha. Sementara itu, kaligrafi Arab yang membingkai sisi-sisi ruangan menunjukkan pengaruh Islam yang datang kemudian. Di bagian atap rumah panggung, ornamen kepala naga di sisi depan dan ekor naga di sisi belakang melambangkan keagungan serta kedudukan istana sebagai bangunan tertinggi yang tak ada tandingannya. Dari sisi depan, bangunan ini terbagi menjadi tiga ruangan utama, masing-masing dilengkapi tiga anak tangga.

Balla Lompoa awalnya merupakan istana tempat tinggal Raja Gowa ke-35 hingga ke-36, yang menjadi simbol kekuasaan sekaligus pusat kegiatan pemerintahan kala itu. Namun, setelah sistem kerajaan berakhir dan pemerintahan daerah modern mulai terbentuk, Balla Lompoa kemudian dialihfungsikan menjadi museum. Pada masa pemerintahan Bupati Gowa ke-2, Andi Tau, istana bersejarah ini resmi diresmikan sebagai Museum Balla Lompoa pada 11 Desember 1973. Sejak saat itu, bangunan ini tidak lagi berfungsi sebagai kediaman kerajaan, melainkan sebagai tempat penyimpanan dan pelestarian berbagai peninggalan sejarah Kerajaan Gowa, seperti mahkota, perhiasan, pakaian adat, senjata pusaka, hingga naskah-naskah kuno yang menjadi saksi kejayaan masa lampau.

Tidak hanya menjadi tempat penyimpanan benda-benda peninggalan Kerajaan Gowa, museum Balla Lompoa juga berfungsi sebagai lokasi pelaksanaan upacara adat tahunan Accera Kalompoang, yaitu ritual pencucian benda-benda pusaka kerajaan yang digelar setiap bulan Zulhijah atau saat Iduladha. Tradisi yang telah berlangsung sejak masa Sultan Alauddin ini dipercaya masyarakat memiliki makna spiritual, di mana perubahan berat pusaka setelah dicuci dianggap sebagai pertanda nasib baik atau buruk bagi daerah Gowa.

Museum Balla Lompoa berlokasi di Jalan K. H. Wahid Hasyim No.39, Kelurahan Sungguminasa, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan, dengan jarak sekitar 1 km dari Bandara Hasanuddin. Museum ini buka dari hari Senin sampai Kamis pukul 08:00 WITA hingga pukul 13:00 WITA, Jumat pukul 08:00 hingga pukul 11:00 WITA, dan Sabtu pukul 08:00 hingga pukul 12:00 WITA. Tiket masuknya sangat terjangkau, hanya Rp5.000 per orang, bahkan beberapa sumber menyebutkan sifatnya sukarela. Fasilitas yang tersedia meliputi ruang pameran tetap, auditorium, gudang, ruang konservasi, serta ruang administrasi, menjadikannya tempat wisata edukatif yang nyaman sekaligus sarat nilai sejarah Kerajaan Gowa.