Kasus Keracunan MBG di Bandung Barat, Kepala BGN Instruksikan Perbaikan Pola Memasak
- https://www.antaranews.com/berita/5130816/respons-keracunan-mbg-di-bandung-bgn-minta-sppg-perbaiki-pola-masak
Jakarta, VIVA Bali – Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana meninjau Posko Penanganan dugaan keracunan makanan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Diketahui, Dadan Hindayana dalam kunjungan itu meminta Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) memperbaiki pola memasak agar kualitas makanan terjaga.
Kemudian, Kepala BGN menjelaskan hasil temuan awal menunjukkan adanya kesalahan teknis. SPPG disebut memasak terlalu dini sehingga makanan tersimpan dalam waktu lama sebelum disalurkan.
"Keterangan awal kan menunjukkan bahwa SPPG itu memasak terlalu awal sehingga masakan terlalu lama. Tadi pagi, Selasa (23/9) kita sudah koordinasi dengan seluruh SPPG yang baru yang beroperasional satu bulan terakhir, kemudian kita minta agar mereka mulai masak di atas jam 01.30 agar waktu antara proses memasak dengan pengirimannya tidak lebih dari 4 jam," ujar Dadan Hindayana dalam keterangan resminya di Jakarta. Rabu 24 September 2025.
Selain itu, Kepala BGN menegaskan jika ritme memasak dan distribusi adalah kunci agar makanan tetap layak dikonsumsi.
Dadan Hindayana menilai SPPG yang sudah lama beroperasi lebih stabil, sementara SPPG baru kerap terburu-buru khawatir tidak selesai tepat waktu.
"Oleh sebab itu, salah satu yang saya instruksikan kepada SSPG baru itu ketika memulai, mereka sudah punya daftar penerima manfaat. Katakanlah 3.500 di 20 sekolah, saya meminta agar mereka di awal-awal melayani dua sekolah dulu, kemudian setelah terbiasa baru naik ke empat sekolah, setelah itu naik lagi ke 10 sekolah," kata Kepala BGN, dilansir dari antaranews.com.
Lebih lanjut, Deden Hindayana menambahkan jika SPPG sudah mampu mengatur alur produksi dan distribusi tepat waktu sesuai kapasitas, barulah jumlah penerima manfaat bisa dimaksimalkan.
Selain kasus di Cipongkor, Dadan Hindayana juga menyinggung kejadian serupa di Banggai, Sulawesi Tengah. Menurut Dadan, masalah muncul karena SPPG mengganti pemasok bahan baku secara mendadak sehingga kualitas makanan menurun.
"Oleh sebab itu, kita instruksikan lagi bagi yang (SPPG) lama agar ketika akan mengganti pemasok harus bertahap. Jadi segala sesuatu tidak boleh berubah secara drastis. Untuk SPPG yang menjalani ini seperti yang di Banggai itu kan mengganti pemasok dalam waktu yang sangat singkat, sehingga kami minta setelah kejadian, berhenti dulu (MBG)," ungkap Dadan Hindayana.
BGN bersama pihak terkait kini tengah melakukan analisis terhadap insiden di Cipongkor dan Banggai. Program MBG di Cipongkor sementara dihentikan sampai SPPG setempat mampu menyesuaikan proses memasak dan distribusi dengan lebih baik.
Dadan Hindayana menegaskan bahwa evaluasi juga dilakukan di seluruh SPPG baru agar kejadian serupa tidak terulang. Mengingatkan jika penanganan psikologis anak penerima manfaat juga penting diperhatikan.
"Jangan lupa bahwa anak-anak yang mengalami gangguan pencernaan pasti akan mengalami trauma. Jadi, salah satu aspek yang juga termasuk harus mereka kelola adalah bagaimana agar yang trauma ini bisa kembali percaya bahwa mereka itu akan aman ketika mengonsumsi MBG," tutur Dadan Hindayana.
BGN menegaskan evaluasi menyeluruh menjadi langkah penting agar program MBG tetap berjalan aman dan mampu memberikan manfaat bagi anak-anak penerima.