Atasi Permasalahan Sampah di Kota Denpasar, BTID dan Warga Pesisir Pulau Serangan Bangun Ratusan Teba Moderen
- Dok. KEK Kura Kura Bali/VIVA Bali
Denpasar, VIVA Bali –Pemerintah Kota Denpasar terus menggaungkan pengolahan sampah berbasis sumber yang dimulai dari sampah rumah tangga. Hal itu dilakukan lantaran pemerintah menutup kiriman sampah organik ke TPA Suwung.
Untuk mengolah sampah organik, pemerintah telah mensosialisasikan tempat pengolahan sampah berbasis sumber berupa teba moderen.
Tempat pengolahan sampah berbasis sumber itu ditetapkan dalam APBD Kota Denpasar yang mewajibkan setiap Desa/Kelurahan membangun 100 teba moderen dan 200 komposter. Pemerintah menetapkan anggaran Rp450 juta untuk setiap desa.
Di Desa Serangan, warga membangun kesadaran dengan memilah sampah sesuai dengan jenisnya.
Melalui Angen Bali, workshop hasil kolaborasi dengan PT Bali Turtle Island Development (BTID), warga mengunpulkan sampah plastik dan diolah menjadi produk ekonomi kreatif yang daya jual yang mampu mendongkrak perekonomian masyarakat pesisir itu.
Sementara untuk mengolah sampah organik, masyarakat pesisir di Pulau Serangan ini juga membuat teba moderen. Tempat pengolahan sampah berbasis sumber itu tersebar di 100 titik dengan kapasitas 100 liter untuk setiap teba, yang ditambah dengan 200 komposter.
Tak hanya itu, PT Bali Turtle Island Development (BTID) juga memberikan dukungan dengan menambah 19 teba moderen untuk Desa Serangan.
"Desa Serangan bersama BTID sudah memulai langkah ini sejak 2023, dengan menghadirkan tujuh unit teba modern di fasilitas umum yang hingga kini masih berjalan," kata Jro Bendesa Serangan I Nyoman Gde Pariatha, dalam siaran pers yang diterima Bali.viva.co.id pada Jumat 21 Agustus 2025.
Pembuatan teba moderen sendiri diawali dengan membuat empat teba moderen pada Senin, 19 Agustus 2025 lalu. Dalam pembuatan teba moderen itu warga mendapatkan pendampingan dari Angen Bali, sebuah kelompok pengolah sampah anorganik yang didukung oleh PT BTID.
"Khusus sampah plastik yang mencemari laut kini diolah menjadi produk bernilai ekonomis oleh Angen Bali," kata Gde Pariatha.
100 teba moderen ini, kata Gde Pariatha, ditujukan untuk fasilitas umum masyarakat Desa Serangan. Sedangkan, untuk pengolahan sampah berbasis sumber akan diselesaikan di tingkat rumah tangga.
Kepala Komunikasi BTID Zakki Hakim mengatakan, pihaknya mendukung keberlanjutan pelestarian lingkungan seperti yang dilakukan oleh Angen Bali.
"Sehingga bisa terus berjalan dan menjadi contoh untuk masyarakat di seluruh Bali, bahkan Indonesia,” kata Zakki.
"Dari Serangan, kita melihat bagaimana tradisi lokal bisa jadi dasar inovasi berkelanjutan,” imbuhnya.
Kepala Kelurahan Serangan Ni Wayan Sukanami mengatakan, pembuatan teba moderen itu menjadi rangkaian gerakan Serangan Bersih Indah Asri (Bersinar) pada 6 Agustus hingga 19 September 2025.
Menurutnya, warga Desa Serangan membuktikan komitmennya dalam upaya menjaga dan melestarikan lingkungan Serangan.
“Kita harus mempertahankan anugerah penghargaan Rintisan Desa Wisata yang diperoleh Desa Serangan,” kata Wayan Sukanami.
Warga pesisir ini berhasil mengubah limbah jadi peluang dan membuktikan gotong royong menghasilkan solusi nyata berkelanjutan dan bernilai ekonomis.
Aktivis lingkungan Desa Serangan I Wayan Patut mengatakan, ada banyak manfaat membangun teba modern di antaranya, menghasilkan pupuk kompos.
"Selain sebagai pupuk untuk tanaman warga, ini juga dapat menjadi sumber pendapatan warga," kata Wayan Patut.