Merdeka dalam Sejarah! Indonesia Tulis Ulang Perjuangan Bangsa

Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon.
Sumber :
  • https://www.instagram.com/p/DNDy4nQv7xJ/?igsh=eG9hdnIxa25hYjJi

Jakarta, VIVA Bali – Dalam momentum menuju usia emas kemerdekaan Republik Indonesia, pemerintah tengah mempersiapkan hadiah istimewa bagi seluruh rakyat: peluncuran buku sejarah nasional Indonesia versi terbaru yang akan diluncurkan pada peringatan 80 tahun Indonesia merdeka.

 

Dikutip dari Antara, proyek ini bukan sekadar revisi kecil, melainkan penulisan ulang secara menyeluruh, dengan menggandeng 112 sejarawan dari 34 perguruan tinggi di seluruh Indonesia, yang akan menuliskan sejarah bangsa dari perspektif Indonesia, bukan dari sudut pandang kolonial seperti selama ini mendominasi.

 

Buku sejarah Indonesia akan diluncurkan dalam rangka 80 tahun Indonesia merdeka. Kita harus punya buku sejarah sendiri, yang ditulis oleh anak bangsa, berdasarkan riset, bukan warisan narasi kolonial,” ujar Restu Gunawan, Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Kementerian Kebudayaan, saat ditemui di Jakarta, Kamis, 7 Agustus 2025.

 

Proses penulisan buku ini sudah memasuki tahap finalisasi dan penyuntingan. Sebelumnya, uji publik dilakukan di empat lokasi penting: Universitas Indonesia (Depok), Universitas Lambung Mangkurat (Banjarmasin), Universitas Negeri Padang, dan Universitas Negeri Makassar.

 

Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan bahwa penulisan sejarah nasional ini bukan pekerjaan sembarangan. Dibutuhkan keahlian, integritas ilmiah, dan pemahaman mendalam terhadap dinamika sejarah Nusantara.

 

"Kami tidak bisa menyerahkan penulisan sejarah nasional Indonesia kepada yang bukan ahlinya," tegas Fadli.

 

Menurut Fadli, meski tidak semua momen sejarah dapat dimuat, format 10 jilid dipilih untuk mewakili tonggak-tonggak utama perjalanan bangsa dari masa prasejarah, kerajaan-kerajaan Nusantara, era kolonialisme, perjuangan kemerdekaan, hingga zaman reformasi.

 

Salah satu motivasi utama penulisan ulang ini adalah memasukkan berbagai temuan baru dan hasil penelitian yang belum tercantum dalam versi lama. Salah satunya adalah lukisan purba berusia 51.200 tahun, yang menjadi salah satu peninggalan tertua di dunia dan berada di Indonesia.

 

“Sejarah nasional terakhir ditulis 26 tahun lalu. Sudah banyak perubahan, data baru, dan penemuan penting yang perlu dimasukkan,” ujar Fadli.

 

Ia juga menekankan pentingnya menulis sejarah dari sudut pandang bangsa sendiri, agar generasi muda memiliki identitas historis yang kuat dan tidak terus-menerus dibentuk oleh pandangan kolonial yang menyudutkan bangsa sendiri.

 

Lebih dari sekadar buku teks, sejarah nasional versi baru ini diharapkan menjadi instrumen reflektif untuk membangkitkan kesadaran kolektif bangsa. Sebuah warisan intelektual yang memperkuat solidaritas lintas generasi dan menghidupkan kembali semangat perjuangan para pendiri bangsa.

 

“Sejarah adalah jati diri bangsa. Kita harus tahu dari mana kita datang agar tahu ke mana kita akan melangkah,” pungkas Fadli Zon.

 

Buku ini diharapkan akan menjadi materi rujukan utama pendidikan sejarah Indonesia, serta memperkaya literatur kebangsaan yang selama ini didominasi oleh versi-versi yang belum sepenuhnya objektif dan representatif.

 

Indonesia menulis ulang sejarahnya bukan untuk menghapus masa lalu, tapi untuk memahami kebenaran dan membentuk masa depan yang lebih terang.