Begini Caranya Menguasai Kemampuan Berbahasa

Public speaking, salah satu muara berbahasa
Sumber :
  • https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-memegang-pembicaraan-mikropon-8761534/

Gaya Hidup, VIVA Bali –Kita sadar bahwa hampir setiap detik hidup kita dikelilingi oleh bahasa. Mendengar lirik lagu, berbincang di tongkrongan, chatting di medsos, hingga menulis catatan pengeluaran. Semua hal yang terikat erat dengan keterampilan berbahasa. Sering kali disepelekan dengan ungakapan "buat apa orang Indonesia belajar bahasa Indonesia". Padahal tanpa kita sadari, justru itulah bekal utama dalam berkomunikasi dengan baik.  

 

Dalam dunia pendidikan, keterampilan berbahasa sebenarnya merupakan fondasi penting. Sebuah modul yang ditulis oleh Dr. Yeti Mulyati pernah membahasnya. Disebutkan bahwa ada empat aspek utama keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempatnya saling berkaitan, namun masing-masing punya ciri khas dan tantangan tersendiri. 

 

Menyimak yang Bukan Cuma Mendengar 

 

Menyimak tidak sama dengan mendengar. Kalau mendengar bisa terjadi tanpa disengaja seperti ketika telinga kita menangkap suara kendaraan di jalan. Maka menyimak membutuhkan perhatian penuh. Saat mendengarkan berita di televisi atau berdiskusi dengan teman, kita tidak hanya menangkap bunyi, tetapi juga berusaha memahami makna di baliknya. Inilah sebabnya menyimak disebut sebagai keterampilan reseptif. Sederhananya, kita menerima informasi, lalu mengolahnya. 

 

Berbicara untuk Menyampaikan Pikiran  

 

Jika menyimak adalah pintu masuk, maka berbicara adalah pintu keluar. Hal-hal terjadi ketika kita berbicara. Mulai dari menuangkan ide, perasaan, bahkan membangun pengaruh. Berbicara bisa berlangsung secara interaktif. Contohnya saat dalam percakapan sehari-hari. Bisa juga noninteraktif, misalnya pidato yang disiarkan lewat televisi. Hakikatnya, kemampuan memilih diksi, intonasi, serta ekspresi tubuh dan gestur memainkan peran penting agar pesan sampai dengan tepat. 

 

Dari Membaca Huruf hingga Melek Wacana 

 

Klise, tetapi faktanya membaca memang jendela dunia. Dalam membaca, kita tidak sekadar mengenali huruf dan merangkainya menjadi kata. Pada yang lebih rumit, membaca mengharuskan kita mampu menangkap gagasan, memahami isi, bahkan menafsirkan maksud penulis. Dari situ, strategi membaca pun jadi beragam. Ada kalanya kita membaca cepat untuk mencari ide pokok (skimming), dan ada saatnya membaca pelan untuk menyerap detail secara mendalam. 

 

Menulis Kata, Merangkai Makna 

 

Di antara keempat aspek keterampilan berbahasa, menulis sering dianggap yang paling kompleks. Menulis bukan hanya soal menyalin kata, melainkan mengorganisasi pikiran secara runtut, logis, dan jelas agar mudah dipahami pembaca. Dari menulis catatan singkat hingga membuat esai panjang, kemampuan ini menuntut keterampilan memilih baku tidaknya kata, menyusun kalimat sesuai situasi, hingga menjaga kesinambungan antar ide di setiap paragraf. 

 

Bahasa di Kehidupan 

Nah, keempat keterampilan di atas ibarat empat pilar yang menopang kemampuan komunikasi manusia. Tanpa salah satunya, bukan saja pesan tak terpahami, tapi bisa saja berujung kesalahpahaman yang merugikan. Dalam kehidupan sehari-hari, apalagi di dunia pendidikan, menguasai aspek-aspek keterampilan berbahasa bukan sekadar tuntutan akademis, tetapi juga bekal untuk hidup bermasyarakat, menyerap ilmu di luar kelas, dan menyampaikan gagasan yang menyentuh hati.