Mau Kaya Mendadak? Sayangnya, Hujan Berlian Cuma Terjadi di Planet Ini
- https://pixabay.com/illustrations/diamond-brilliant-gem-jewel-shiny-1186139/
Lifestyle, VIVA Bali – Bayangkan jika setiap tetes hujan yang jatuh bukanlah air, melainkan berlian. Kedengarannya seperti cerita fiksi ilmiah, bukan? Tapi inilah kenyataan mengejutkan yang ditemukan para ilmuwan di dua planet es raksasa di tata surya kita: Uranus dan Neptunus. Di balik atmosfer biru dan suhu ekstremnya, terjadi fenomena langka yang belum pernah terjadi di Bumi — hujan berlian. Penemuan ini tak hanya menarik secara ilmiah, tapi juga menjadi pengingat betapa luas dan misteriusnya alam semesta.
Fenomena hujan berlian ini tidak terjadi sembarangan. Di lapisan dalam Uranus dan Neptunus, tekanan yang sangat tinggi — mencapai lebih dari 100 gigapascal — dan suhu ribuan derajat Celsius menciptakan kondisi yang ekstrem. Di tengah tekanan tersebut, senyawa metana (CH₄) yang melimpah di atmosfer planet-planet tersebut mulai terurai. Atom karbon yang terbebas dari metana kemudian mengikat satu sama lain dan membentuk struktur kristal — yaitu berlian — yang lalu jatuh ke inti planet layaknya hujan.
Para ilmuwan di SLAC National Accelerator Laboratory berhasil mensimulasikan kondisi seperti di dalam Neptunus dan Uranus menggunakan laser ultra-kuat yang menembakkan gelombang kejut ke polistirena, plastik yang kaya karbon dan hidrogen. Hasilnya: terbentuk nano-berlian berukuran beberapa nanometer saat dua gelombang kejut saling bertemu — suhu mencapai sekitar 4.725 °C dan tekanan mencapai 1,5 juta atmosfer
Sebuah penelitian dari SLAC National Accelerator Laboratory bersama tim internasional menemukan bahwa fenomena kristalisasi berlian tidak hanya terjadi di kedalaman ekstrem, melainkan bisa terjadi lebih dekat ke permukaan. Hal ini membuka kemungkinan bahwa hujan berlian bukan hanya terjadi di bagian terdalam planet es, tapi juga di lapisan menengah, yang sebelumnya tidak terpikirkan. Informasi ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana struktur internal planet terbentuk dan berkembang. Temuan ini dimuat dalam laporan resmi SLAC yang berjudul “Scientists Create ‘Diamond Rain’ That Forms in the Interior of Icy Giant Planets”
Tak hanya memikat karena keindahannya, hujan berlian juga memiliki peran penting dalam pembentukan medan magnet planet. Uranus dan Neptunus diketahui memiliki medan magnet yang sangat berbeda dari Bumi. Para ilmuwan meyakini bahwa pergerakan kristal berlian dalam lapisan dalam planet menghasilkan gesekan dan pelepasan energi yang cukup kuat untuk menciptakan arus listrik internal. Hal inilah yang kemudian menciptakan medan magnet yang tidak beraturan, seperti yang diamati pada kedua planet tersebut.
Menariknya lagi, fenomena hujan berlian kini dianggap bukan hanya milik Uranus dan Neptunus. Dengan berkembangnya pengamatan eksoplanet — planet yang berada di luar tata surya — para astronom menduga fenomena serupa mungkin terjadi di berbagai planet mini-Neptunus di galaksi lain. Artinya, proses hujan berlian bisa saja menjadi hal yang umum di alam semesta, bukan sesuatu yang langka. Hal ini memperkaya pemahaman kita tentang betapa beragam dan uniknya dunia di luar Bumi.
Pada akhirnya, hujan berlian di planet es ini mengajarkan satu hal: bahwa alam semesta menyimpan rahasia yang lebih menakjubkan dari yang bisa kita bayangkan. Dari eksperimen ilmiah hingga teori fisika planet, semua mengarah pada satu fakta: berlian tidak hanya ditemukan di tambang atau cincin pernikahan, tetapi juga turun dari langit — meski bukan di Bumi. Dan siapa tahu, suatu saat nanti manusia bisa menyaksikannya secara langsung.