Tradisi Pasola di Sumba yang Penuh Makna dan Adrenalin
- https://pin.it/776Db4QqZ
Lifestyle, VIVA Bali – Di tengah hamparan savana Sumba yang luas, setiap awal tahun, terdengar suara derap kuda dan sorak sorai penonton menyambut Pasola, yaitu, sebuah festival perang tradisional yang unik dan mempunyai makna spiritual.
Pasola bukan sekadar pertunjukan adu ketangkasan, melainkan ritual sakral yang menjadi bagian dari kepercayaan Marapu, sistem kepercayaan asli masyarakat Sumba.
Pasola berasal dari kata sola atau hola yang berarti tombak kayu. Dalam festival ini, dua kelompok penunggang kuda saling melempar tombak kayu tanpa ujung tajam di atas kuda yang berlari kencang.
Pertarungan ini tidak bertujuan untuk melukai, melainkan sebagai simbol pengorbanan dan permohonan kepada leluhur agar memberikan hasil panen yang melimpah serta menjaga keseimbangan alam. Meskipun terkadang sering terjadi kecelakaan hingga menimbulkan korban, darah yang tertumpah justru dianggap bermanfaat untuk kesuburan tanah dan keberhasilan panen.
Tradisi Pasola bermula dari kisah cinta Rabu Kaba, seorang janda cantik dari Waiwuang, yang menikah dengan Teda Gaiparona dari Kodi setelah suaminya dianggap hilang di laut. Karena aturan adat, asmara mereka dianggap tidak sah dan melarikan diri.
Ketegangan antara dua kampung akibat pernikahan ini diselesaikan melalui Pasola, sebagai bentuk pelampiasan emosi dan pemulihan harmoni sosial.
Festival ini diadakan setiap tahun antara Februari dan Maret, bertepatan dengan munculnya nyale atau cacing laut yang dianggap sebagai pertanda waktu tanam telah tiba. Lokasi pelaksanaan Pasola bergilir di beberapa desa seperti Kodi, Lamboya, Wanokaka, dan Gaura. Penentuan waktu dan tempat ditetapkan oleh para tetua adat (Rato) berdasarkan perhitungan tradisional dan tanda-tanda alam.