Bukan Sekadar Melarang, Ajarkan Anak Hadapi Bahaya Sejak Dini
- https://www.pexels.com/photo/a-young-boy-having-fun-with-his-father-8208693/
Lifestyle, VIVA Bali – Bermain di luar rumah adalah bagian penting dari tumbuh kembang anak. Namun, di balik keceriaan itu, terdapat berbagai potensi bahaya yang perlu diwaspadai. Karena itu, Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Novi Poespita Candra, S.Psi., M.Si., Ph.D, menyarankan para orang tua untuk tidak hanya menjaga anak saat bermain, tetapi juga mengajarkan mereka cara menghadapi situasi darurat.
Dalam wawancara dengan ANTARA di Jakarta, Selasa, Novi menekankan pentingnya membekali anak dengan pengetahuan mengenai skenario buruk yang mungkin terjadi di luar rumah, seperti tersesat, kebakaran, atau kondisi darurat lainnya.
“Jika akan melakukan aktivitas dan pergi ke sebuah tempat, perlu sekali anak-anak belajar dulu mengenai hal baik dan kemungkinan buruk yang terjadi, sehingga bisa memitigasi,” jelas Novi.
Menurut Novi, larangan tanpa pemahaman sering kali tidak efektif. Alih-alih hanya berkata "jangan main ke sungai", orang tua sebaiknya mengajak anak ke lokasi tersebut dan menjelaskan secara langsung apa yang membuatnya berbahaya, terutama jika anak bermain tanpa pengawasan.
“Misalnya ketika ada sungai dekat rumah, daripada hanya melarang, akan lebih baik jika anak dikenalkan ke lokasi itu dan dijelaskan risiko yang bisa terjadi,” katanya.
Langkah ini juga bisa menjadi sarana belajar baru yang menyenangkan sekaligus membangun kesadaran akan keselamatan diri.
Untuk anak-anak yang belum bisa berkomunikasi dengan baik, Novi menyarankan agar selalu didampingi saat bermain, baik sendirian maupun bersama teman. Sementara untuk anak yang sudah bisa berdiskusi, orang tua disarankan untuk mulai membangun komunikasi terbuka tentang batasan dan aturan saat bermain.
“Memperkenalkan langsung hal-hal berbahaya disertai diskusi itu penting,” ujarnya.
Agar lebih efektif, Novi juga menganjurkan agar edukasi keselamatan dilakukan melalui berbagai media yang disukai anak, seperti:
- Buku cerita bergambar,
- Video edukatif atau animasi,
- Cerita pengalaman orang lain yang pernah menghadapi situasi berisiko.
Menurutnya, metode ini membantu anak memahami batasan tempat dan waktu bermain tanpa merasa terkekang atau diawasi secara berlebihan.
“Minta anak belajar dari buku, video, cerita orang berpengalaman, lalu kenalkan dan diskusikan selalu,” tambahnya.
Pendidikan keselamatan sejak dini bertujuan agar anak tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, sadar risiko, dan mampu mengambil keputusan bijak saat menghadapi situasi tak terduga.
Dengan demikian, melindungi anak bukan berarti mengekang ruang geraknya, melainkan memberikan bekal keterampilan hidup yang akan sangat berguna di masa depan.
Alih-alih hanya berkata “jangan main jauh-jauh”, mulailah ajak anak berdiskusi dan kenalkan mereka pada realitas yang bisa terjadi di luar rumah. Anak yang paham risiko akan tumbuh lebih tangguh dan siap menghadapi dunia.