Mengenal Lebih Dekat Penyakit Autoimun, Ketika Kekebalan Tubuh Berbalik Menyerang

Seorang pasien autoimun yang sendang di infus
Sumber :
  • https://www.alodokter.com/penyakit-autoimun

Lifestyle, VIVA Bali – Sistem kekebalan tubuh adalah pahlawan tanpa tanda jasa dalam menjaga kesehatan kita. Ia bertugas melindungi tubuh dari serangan virus, bakteri, jamur, dan parasit yang dapat menyebabkan penyakit. Namun, bagaimana jika pahlawan ini justru berbalik menyerang? Inilah yang terjadi pada penyakit autoimun, suatu kondisi di mana sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang sel-sel dan jaringan sehatnya sendiri.

Diperkirakan jutaan orang di seluruh dunia hidup dengan penyakit autoimun, dengan lebih dari 80 jenis penyakit autoimun yang telah teridentifikasi, beberapa di antaranya yang paling umum adalah lupus, rheumatoid arthritis, penyakit celiac, multiple sclerosis, dan tiroiditis Hashimoto.

Bagaimana Penyakit Autoimun Terjadi?

Normalnya, sistem kekebalan tubuh memiliki kemampuan untuk membedakan antara sel "asing" (patogen) dan sel "diri" (sel tubuh sendiri). Pada penyakit autoimun, terjadi semacam "malfungsi" di mana sistem kekebalan kehilangan kemampuan untuk membuat perbedaan ini. Ia mengidentifikasi sel-sel sehat sebagai ancaman dan memproduksi antibodi, protein khusus yang biasanya melawan infeksi, untuk menyerang dan merusaknya.

Penyebab pasti penyakit autoimun masih menjadi misteri. Namun, para ilmuwan percaya bahwa kombinasi faktor genetik dan lingkungan berperan penting. Seseorang mungkin memiliki kecenderungan genetik untuk mengembangkan penyakit autoimun, dan kemudian pemicu lingkungan seperti infeksi, paparan racun, stres, atau bahkan pola makan tertentu dapat memicu timbulnya penyakit tersebut.

Jenis-Jenis Penyakit Autoimun dan Gejalanya

Penyakit autoimun dapat memengaruhi hampir setiap bagian tubuh, dan gejalanya sangat bervariasi tergantung pada organ atau jaringan yang diserang. Beberapa gejala umum yang sering muncul pada berbagai jenis penyakit autoimun meliputi:

Kelelahan ekstrem: Rasa lelah yang tidak hilang meskipun sudah beristirahat cukup.

Nyeri sendi dan otot: Seringkali disertai kekakuan.

Demam berulang: Demam ringan yang datang dan pergi tanpa sebab jelas.

Ruam kulit: Berbagai bentuk ruam, dari kemerahan hingga benjolan.

Rambut rontok: Kehilangan rambut yang tidak normal.

Kesemutan atau mati rasa: Terutama pada tangan dan kaki.

Masalah pencernaan: Diare, sembelit, atau nyeri perut.

Penting untuk dicatat bahwa gejala-gejala ini juga bisa disebabkan oleh kondisi lain. Oleh karena itu, diagnosis yang tepat dari profesional medis sangat penting.

Diagnosis dan Pengobatan

Mendiagnosis penyakit autoimun bisa menjadi tantangan karena gejalanya yang bervariasi dan seringkali tumpang tindih dengan kondisi lain. Proses diagnosis biasanya melibatkan pemeriksaan fisik, tinjauan riwayat medis, dan tes darah untuk mencari penanda inflamasi atau antibodi spesifik.

Saat ini, belum ada obat untuk penyakit autoimun, namun pengobatan bertujuan untuk mengelola gejala, mengurangi peradangan, dan mencegah kerusakan organ lebih lanjut. Pilihan pengobatan bervariasi tergantung pada jenis penyakit autoimun dan tingkat keparahannya, dan dapat meliputi:

Obat anti-inflamasi: Untuk mengurangi nyeri dan peradangan.

Obat imunosupresan: Untuk menekan sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif.

Terapi biologis: Obat-obatan baru yang menargetkan bagian spesifik dari respons kekebalan.

Perubahan gaya hidup: Diet sehat, olahraga teratur, manajemen stres, dan tidur yang cukup dapat membantu mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup.

Hidup dengan penyakit autoimun memerlukan pendekatan yang komprehensif dan seringkali multidisiplin, melibatkan dokter spesialis yang berbeda. Dengan diagnosis dini dan pengelolaan yang tepat, banyak penderita autoimun dapat menjalani kehidupan yang produktif dan bermakna.