Tradisi Ogoh-Ogoh Simbol Pengusir Roh Jahat Jelang Nyepi!
- http://heute.at/i/bali-urlauber-duerfen-hot
Gaya Hidup, VIVA Bali –Menjelang Hari Raya Nyepi di Bali, masyarakat Hindu Bali menggelar tradisi unik bernama Ogoh-Ogoh atau arak-arakan patung raksasa yang menyerupai makhluk menyeramkan. Tradisi ini bukan sekadar pertunjukan seni, melainkan ritual spiritual yang sarat makna dan filosofi mendalam.
Ogoh-Ogoh adalah boneka raksasa yang terbuat dari bambu, kayu, dan kertas, biasanya berbentuk makhluk menakutkan seperti raksasa, setan, atau hewan mitologis. Patung ini merepresentasikan Bhuta Kala, simbol energi negatif dan kekuatan jahat dalam kehidupan manusia.
Menurut laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Ogoh-Ogoh berfungsi sebagai simbolisasi dari kekuatan adharma (kejahatan) yang harus dinetralisir sebelum memasuki tahun baru Saka. Karena itu, tradisi ini selalu dilaksanakan sehari sebelum Nyepi, tepat pada malam Pengerupukan.
Pada malam Pengerupukan, Ogoh-Ogoh diarak keliling desa diiringi gamelan dan sorakan warga. Setelah itu, Ogoh-Ogoh biasanya dibakar sebagai simbol pemusnahan unsur jahat dan pembersihan diri dari hal-hal negatif. Ritual ini mencerminkan semangat introspeksi dan penyucian alam semesta menjelang hari hening atau Nyepi.
Tradisi Ogoh-Ogoh tidak hanya bernilai spiritual, tapi juga memperkuat nilai seni, kebersamaan, dan kreativitas generasi muda Bali. Masing-masing banjar (wilayah adat) biasanya membuat Ogoh-Ogoh dengan desain unik dan bersaing secara sehat untuk menampilkan karya terbaik.
Tradisi Ogoh-Ogoh adalah warisan budaya tak benda yang mencerminkan kearifan lokal Bali dalam menjaga keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan. Lebih dari sekadar seni pertunjukan, Ogoh-Ogoh adalah cara masyarakat Bali menyucikan diri dari pengaruh buruk menjelang Nyepi, hari hening penuh makna.