Wayang Kulit dan Gamelan Jawa Unjuk Gigi Di Ranah Internasional

Wayang Kulit dan Gamelan Jawa Yang Mempesona Di Mata Dunia
Sumber :
  • Sumber Foto: sdsu.edu Links: https://psfa.sdsu.edu/news/2025/images/midiyanto-720x405.jpg

Gumi Bali, VIVA BaliJarang ditemukan di luar Indonesia, wayang kulit Jawa adalah bentuk teater wayang kulit Indonesia yang menghidupkan kisah-kisah kuno. Menampilkan boneka kulit yang diukir dan dicat dengan rumit, musik gamelan live yang semarak, dan cerita yang luar biasa dari dalang atau "dhalang", pertunjukan ini benar-benar memukau penonton.

Sekolah Musik dan Tari Universitas Negeri San Diego mempersembahkan pertunjukan Gamelan Jawa dan wayang kulit SDSU pada tanggal 5 Mei dengan dua pertunjukan pada pukul 6 sore dan 7:30 malam di Smith Recital Hall.

Dosen Laurel Grinnell-Wilson, alumni SDSU dan kurator SDSU World Music Concert Series, telah menjabat sebagai direktur SDSU Provincial Gamelan Ensemble sejak 2018. Grinnel-Wilson mengatatakan bahwa, “Saya langsung jatuh cinta dengan budaya dan musiknya. Setiap minggu saat kami berkumpul pada hari Selasa, itu menjadi ajang untuk mengeksplorasi bahasa, budaya, dan nuansa, dan saya dapat berbagi kecintaan saya terhadap budaya dengan para siswa.”

Wayang kulit adalah tradisi yang sudah ada sejak berabad-abad lalu dan menggambarkan kisah epik dari Ramayana dan Mahabharata, dua teks dasar India tentang kemenangan kebaikan atas kejahatan. Bentuk seni ini memadukan mitologi, filsafat, dan humor menjadi pengalaman yang unik dan kaya akan budaya.

Dalam kepercayaan dan sastra Jawa, wayang kulit diciptakan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga yang merupakan sebagai anggota Wali Songo dan merupakan keturunan Bangsawan Ponorogo, Arya Wiraraja. Kanjeng Sunan Kalijaga melihat masyarakat Indonesia terutama masyarakat suku Jawa yang menggemari pertunjukan Wayang Beber, dalam Islam melukis diatas kertas dianggap Haram (dilarang), maka dari itu Kanjeng Sunan Kalijaga memodifikasi bahan material dari karakter Wayang yang semula-mula terbuat dari Daluang (kertas Ponoragan) dan diganti menggunakan bahan dasar Kulit sapi, atau kerbau. Selain itu juga, wayang kulit digunakan sebagai syiar agama Islam jalur budaya tradisional. Sunan Kalijaga juga menambahkan karakter-karakter baru seperti punakawan yang terdiri atas Semar, Bagong, Petruk, dan Gareng.

“Wayang” berasal dari kata “bayang,” yang berarti bayangan dalam bahasa Indonesia, dan “kulit” mengacu pada penggunaan kulit kerbau untuk membuat boneka, sebuah proses yang memerlukan pengerjaan tangan yang teliti dan dapat memakan waktu beberapa minggu. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir.

Grinnell-Wilson mengatakan program Gamelan Jawa di SDSU telah memberikan kesempatan kepada murid-muridnya, dan anggota masyarakat kesempatan untuk “menjelajahi instrumen yang terdengar berbeda, tampak mencolok dan unik, dan belajar selama satu semester untuk mendapatkan pemahaman tentang tradisi musik yang sangat berbeda dari musik dan instrumen Barat.”