Mengintip Tradisi Mekare-kare di Tenganan Pegringsingan

Mekare-kare, tradisi perang yang sarat makna
Sumber :
  • Sumber: disparda.baliprov.go.id

Persiapan dan Prosesi Mekare-kare

Sebelum pelaksanaan Mekare-kare, masyarakat melakukan berbagai ritual persiapan, termasuk prosesi nyikat yang biasanya dilakukan sekitar 30 hari sebelum upacara utama. Para peserta pria akan berlatih dan menyiapkan mental mereka untuk bertarung di hadapan warga dan para leluhur.

Saat hari H, para peserta mengenakan pakaian adat khas Tenganan, yaitu kain tenun Pegringsingan, tanpa mengenakan atasan. Mereka hanya memakai kamen (sarung), saput (selendang), dan udeng (ikat kepala). Usai bertarung, luka-luka yang mereka dapatkan tidak dirawat dengan obat modern, melainkan dengan ramuan tradisional dari arak, kunyit, dan rempah lainnya.

Daya Tarik Budaya untuk Wisatawan

Mekare-kare bukan hanya menjadi kebanggaan masyarakat Tenganan, tapi juga daya tarik wisata budaya. Banyak wisatawan lokal dan mancanegara datang untuk menyaksikan langsung tradisi ini. Selain itu, mereka juga tertarik menjelajahi desa yang masih sangat autentik, lengkap dengan rumah-rumah tradisional dan kerajinan lokal.

Pemerintah daerah dan pengelola desa mendukung kehadiran wisatawan, selama mereka mengikuti aturan adat yang berlaku. Para pengunjung pun bisa mendapat penjelasan dari pemandu lokal mengenai makna tiap ritual, menjadikan pengalaman ini bukan hanya menghibur, tetapi juga edukatif.

Tradisi yang Mengajarkan Nilai Kehidupan