Pohon Beringin Dari Pelindung Desa hingga Doa

Beringin sakral, tempat doa dan harap
Sumber :
  • https://desasedang.badungkab.go.id/berita/30534-makna-pohon-beringin-dalam-agama-hindu

Gumi Bali, VIVA Bali – Di tengah pulau Bali yang sarat dengan nuansa spiritual, pohon beringin atau waringin bukan sekadar tanaman. Ia hadir sebagai simbol penting dalam struktur kehidupan masyarakat Bali. Keberadaannya kerap ditemukan di area pura, perempatan desa, hingga tempat-tempat suci yang dianggap memiliki energi gaib.

Dalam konteks adat, pohon beringin dipercaya sebagai perwujudan dari roh leluhur yang menjaga kawasan tersebut. Tidak jarang, pohon ini diberikan kain poleng (kotak-kotak hitam-putih) sebagai bentuk penghormatan.

Penanda Ruang Sakral dan Pelindung Desa

Dalam upacara adat Bali, terutama saat berlangsungnya perayaan besar seperti Galungan atau Nyepi, pohon beringin kerap menjadi titik kumpul atau tempat memusatkan sesajen. Ia diyakini sebagai perantara yang menghubungkan manusia dengan kekuatan spiritual.

Pohon ini sering dijadikan sebagai penanda kawasan desa adat, dan di bawahnya sering diadakan prosesi mecaru atau nunas tirta. Warga desa memanfaatkan area bawah pohon sebagai tempat permohonan keselamatan, keharmonisan, dan perlindungan.

Simbol Dualisme Sekala dan Niskala

Dalam kepercayaan Bali, pohon beringin dipercaya memiliki fungsi sebagai penjaga batas antara alam nyata dan alam tak kasat mata. Pohon beringin dianggap menciptakan hubungan dualisme harmonis antara ruang sekala (nyata) dan niskala (tidak nyata).

Pohon ini tidak hanya diselimuti oleh kain poleng, tetapi juga sering menjadi tempat diletakkannya banten atau sajen. Hal ini menandakan adanya penghormatan terhadap kekuatan tak terlihat yang diyakini menetap di sana.

Filosofi dalam Kain Poleng dan Penempatan

Kain poleng yang melilit batang pohon beringin bukan hanya hiasan simbolik. Warna hitam-putih tersebut menggambarkan keseimbangan antara rwa bhineda atau dualitas hidup, seperti baik dan buruk, terang dan gelap. Bagi umat Hindu di Bali, ini merupakan pengingat agar hidup tetap seimbang.

Pohon beringin yang berada di depan pura juga memiliki makna sebagai pelindung dari energi negatif sebelum seseorang masuk ke area suci. Dalam prosesi adat seperti piodalan, para pemangku akan memulai rangkaian doa di sekitar pohon beringin sebelum melanjutkan persembahyangan di dalam pura.

Tempat Bersemayamnya Roh Leluhur

Kepercayaan lokal menyebutkan bahwa pohon beringin menjadi tempat bersemayamnya hyang atau roh leluhur. Oleh sebab itu, tidak semua orang bisa sembarangan menebang pohon ini. Perlu upacara khusus yang disebut pamelepeh atau nunas ica agar roh yang bersemayam tidak merasa terganggu.

Anak-anak Bali sejak kecil pun sudah diajarkan untuk menghormati keberadaan pohon beringin. Di beberapa desa, masyarakat dilarang berkata kasar atau buang sampah sembarangan di sekitar area pohon tersebut karena diyakini bisa mendatangkan ketidakseimbangan energi alam.

Simbol Kehidupan dan Kesuburan

Pohon beringin, yang juga dikenal sebagai pohon kehidupan, melambangkan kehidupan dan kesuburan. Dalam tradisi Hindu, perempuan yang berharap mendapatkan keturunan sering bersembahyang kepada pohon ini. Istri-istri yang telah menikah juga memberikan persembahan kepada pohon kehidupan sebagai doa agar suami dan anak laki-lakinya diberi umur panjang dan kesehatan.

Makna ini menguatkan posisi pohon beringin sebagai lambang harapan, regenerasi, dan kelangsungan hidup dalam tradisi Bali yang masih kuat menjunjung nilai-nilai warisan leluhur.

Pelindung Ekologis dan Penyejuk Kawasan

Selain nilai spiritual dan simbolik, pohon beringin juga memiliki peran ekologis yang besar. Akar gantungnya menyerap air dan membantu menjaga kelembaban tanah di sekitarnya. Ukurannya yang besar memberikan keteduhan dan menjadi penyejuk alami bagi lingkungan pura atau balai banjar.

Tak heran banyak pohon beringin yang telah berusia ratusan tahun masih berdiri kokoh dan terus dijaga oleh krama desa. Pembangunan apapun di sekitar area beringin akan selalu melalui musyawarah bersama demi menjaga keseimbangan adat dan alam.